Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Puisi Membuatku Jatuh Cinta

1 September 2022   07:55 Diperbarui: 1 September 2022   18:57 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Tangkapan layar kompasiana dengan puisi dari M. Erik Ibrahim yang berjudul Ketika Ku Pinta Sepasang Mata Saja

"Pagi berdesir dengan embun pagi sejuk telah salam sapa kepadaku dengan lembayung cinta sumpah serapah". 

Secuplik puisi dipagi Ini.

Meskipun headline tak kunjung diraih, entahlah...! Mengapa fiksiana bisa jadi pengobat hati rindu peredam kekecewaan yang dalamnya bisa sampai ke palung mariana.

Seperti hari ini...! "Matahari bermuka dua" dan tidak mau kalah "bintang bermuka dua" acapkali singgah di kedua bola mata dan terngiang ngiang.

Bait bait puisi biasanya ku rajut dan rangkai dengan pemintal benang agar tersusun rapi bagai kain tenun yang di buat dengan alat tenun bukan Mesin.

Angin sepoi sepoi berhembus kencang pada hari ini membiaskan aku untuk mencanangkan sebuah bait bait pengobat rindu menerpa.

"Nak, sedang apa kau disini ? ". Tanya tetangga.

" Sedang bergumam bu, tapi ku tuangkan dalam kata kata dan ku tulis dibuku ini ". Sahutku dengan tersenyum damai.

Baca juga: Bintang Bermuka Dua

Seperti hari ini. sinar pagi yang cerah menembus bilik bilik kamarku ynag membuatku senantiasa terbangun dan bergegas mengais pundi pundi rezeki.

Tanpa ku sadari, layar ponsel berdering dari tadi, mengisyaratkan agar aku segera bangun,

"Ayo..segera bangun ...ayo bangun." Mungkin jika ia bisa berbicara dengan hati sedikit dongkol.

Berpindah dari ranjang kasur yang empuk menapaki lantai ubin yang begitu dingin hari ini membuat badan aku gemetar dan bagai menggigil dengan hawa dingin menusuk kulit kulit untuk bergegas mandi dan beraktivitas.

Berdamai dengan diri sendiri dan jangan sampai mengikuti hawa nafsu menjadi pantangan tersendiri...! tapi untuk berpuisi, aku tak bisa ku elakkan lagi.

Sepotong larik...
Dua Baris....
Tiga bait....

Aku tuangkan dengan goresan tinta dan ku tandaskan pada pena, meskipun harus ada rangkaian kata yang harus ku sirnakan, aku hapus dengan sebuah penghapus pena dan digantikan dengan kata kata yang indah dan bermakna seperti mutiara.

Sempat kehilangan ide...! Iya
Sempat kehabisan kata kata...! Tidak luput dari ini
Mengurungkan niat untuk berpuisi...! Ada, disaat hati, jari dan akal ini bagai terbujur kaku dan terpaku dan tidak bisa berkata kata kembali.

Sebagai hobby mengasyikkan...berpuisi bisa menjadi salah satunya, namun bertandang untuk membuat suatu hal yang baru, yang lebih bermanfaat...! mengapa tidak.
Untuk membingkai sebuah puisi yang indah....menimpali dengan kata kata yang penuh makna, bukanlah suatu hal yang mudah...

Tantangan...
Pantangan...
Rintangan..
Akan selalu ada

" Jadi, Siapkah anda mulai berpuisi di Pagi hari ini ?
Muara pinta jangan lupa kau sertakan, iringan doa doa baik, senantiasa akan mempermudah jalanmu..."

# Cerpen di Tanggal Pertama Bulan September

# M. Erik Ibrahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun