Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Birunya Cinta

30 Agustus 2022   10:42 Diperbarui: 30 Agustus 2022   10:45 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-sampai di buat meleyot dan meleleh hati ini,....wkwkwk-

Datanglah mukidi dengan segenggam angan angan yang ia punya untuk segera meminang lilis. " Pokoknya aku segera menikahinya sebelum janur kuning melengkung ". Kata mukidi dengan angan angan sepak terjangnya yang begitu mendalam.

Ia tak punya dana pensiun, akan tetapi tekatnya dan kesungguhan dalam bekerja dan gigih mendapatkan pujaan hati, boleh dicoba ?...

Mukidi----seorang laki laki sederhana dengan harta dan kekayaan yang sederhana. pakaiannya...! oh tentu jauh dari kata lusuh yang penting rapi dan bersih dengan rumah di gubuk tua betapkan jerami yang begitu rimbun dan rindang.

Lilis---gadis yang berparas ayu bak bidadari turun dari langit di negeri kayangan sana. Hartanya melimpah ruah berjejer jejer di pergelangan tangannya dan kakinya. sekali kakinya berpijak, bergetarlah itu semua perhiasannya.

"Bu, jangan bu...jangan usir kami dari sini, kamu mau tinggal dimana, bu, ini sudah malam bu, kami mohon bu, beri kami masa tenggang waktu lagi agar kami segera melunasi hutang ini ,bu.....huu..huu..hmmm." Tangis Mukidi dengan terisak isak.

Begitulah Mak Jenin yang juga tak mau kalah dengan mukidi dengan sigap, cekatan dan pantang menyerah dalam perihal menagih hutang. Mukidi pun tak luput jadi sasarannya.

Setelah peristiwa demi peristiwa itu telah berlalu, hatinya pun menjadi terguncang," Bagaimana aku harus membayar hutangku ini? ". Bertanya tanya dengan dirinya sendiri sambil berjalan diwaktu hampir dhuhur dengan panas terik menyengat dan seakan menyambar tubuhnya.

Acapkali ia memikirkan itu, matanya berkunang kunang kehilangan motivasi dan secerca harapan yang ia punya. Berjalan ...berjalan dan terus berjalan, sesekali menimpali batu ke kanan dan kiri tepian jalan.

" Wah, lebih baik aku istirahat terlebih dahulu, dan lanjutkan nanti saja, siapa tahu setelah ini ada jalan keluar. Ahaaa..bagaimana jika sembari beristirahat, aku memanjatkan doa dan berdzikir agar hati lebih tentram sedikit ". gumamnya dalam hati.

Oh iya...iya selalu membawa juga tas kesayangannya yang berisi barang barang favoritnya. Ada cermin...gunting...sisir..buku...pena dan pensil.

" Bagaimana caranya aku bisa melunasi hutangku dan meminang wanita pujaanku, si lilis..". Sahutnya dalam hati dengan senyum tipis bercampur sedih.

Menjelang larut malam, surau surau sudah mengumandangkan adzan isya, mukidi tak kunjung juga menemukan jalan keluar, tetapi didalam hatinya terpatri keyakinan, pasti suatu saat akan berhasil dan jalan keluar pasti ada.

Percikan air wudhu membasahi raut mukanya, helai helai rambutnya, telinga hingga kakinya. menyejukkan lagi menyegarkan. Beribadah dengan sungguh sungguh dan khusyuk.

tak terasa...pasir waktu sudah mulai habis turun perlahan dan kebawah, hingga tetiba waktunya mukidi memanjatkan doa. Tangannya tertengadah...raut mukanya begitu lesu dan penuh harapan...

Tanpa disedari lilis pun ternyata satu surau dengannya dan menghampirinya ketika ia sudah selesai sholat. "Lho, kamu mukidi bukan ya, kamu nggak papa, kok kamu muram dan nampak sedih. Kalau ada yang bisa ku bantu , cerita aja, insyaallah akan ku bantu". Mendatangi dan berujar kepada mukidi dengan sangat lugas.

"Ini nggak apa apa aku cerita ke ke kamu....!"

tapi aku malu ih, ceritanya soalnya ini ada kaitan sama kamu juga !

"Ada apa ayo cerita saja, Mukidi.....!"

Panjang kali lebar cuitan cuitan curahan hati dikeluarkan, dan ternyata lilis pun rupanya memendam perasaan bahwa ia menyukainya juga, tapi malu mengungkapkan.

perihal pundi pundi hutang yang sudah mukidi ceritakan, lilis pun dengan senang hati menolongnya dengan kasih sayang yang dimilikinya....

"Oh...jadi begitu ceritanya,....hmmm,...iya , insyaallah nanti aku akan bantu kamu sebisaku ya, dan aku tidak menyangka bahwa kamu ternyata juga menyukaiku dan ingin meminangku ". 

Ujar si lilis dengan sedikit gugup dan dan tersipu malu hingga lesung pipi nampak dan membuat senyumnya semakin manis.

Sudahlah...!larut malam, kunang kunang dan bintang kecil menghiasi langit malam membiru hingga nampak aurora birunya cinta yang mengesankan...

Mukidi dan lilis....! jangan tanyakan dimana mereka, " Mereka Masih cerita panjang lebar bagai film mengenai planning dan kisah kasih yang akan di binanya...."..

# Birunya Cinta

# Cerpen

# M. Erik Ibrahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun