Menjelang larut malam, surau surau sudah mengumandangkan adzan isya, mukidi tak kunjung juga menemukan jalan keluar, tetapi didalam hatinya terpatri keyakinan, pasti suatu saat akan berhasil dan jalan keluar pasti ada.
Percikan air wudhu membasahi raut mukanya, helai helai rambutnya, telinga hingga kakinya. menyejukkan lagi menyegarkan. Beribadah dengan sungguh sungguh dan khusyuk.
tak terasa...pasir waktu sudah mulai habis turun perlahan dan kebawah, hingga tetiba waktunya mukidi memanjatkan doa. Tangannya tertengadah...raut mukanya begitu lesu dan penuh harapan...
Tanpa disedari lilis pun ternyata satu surau dengannya dan menghampirinya ketika ia sudah selesai sholat. "Lho, kamu mukidi bukan ya, kamu nggak papa, kok kamu muram dan nampak sedih. Kalau ada yang bisa ku bantu , cerita aja, insyaallah akan ku bantu". Mendatangi dan berujar kepada mukidi dengan sangat lugas.
"Ini nggak apa apa aku cerita ke ke kamu....!"
tapi aku malu ih, ceritanya soalnya ini ada kaitan sama kamu juga !
"Ada apa ayo cerita saja, Mukidi.....!"
Panjang kali lebar cuitan cuitan curahan hati dikeluarkan, dan ternyata lilis pun rupanya memendam perasaan bahwa ia menyukainya juga, tapi malu mengungkapkan.
perihal pundi pundi hutang yang sudah mukidi ceritakan, lilis pun dengan senang hati menolongnya dengan kasih sayang yang dimilikinya....
"Oh...jadi begitu ceritanya,....hmmm,...iya , insyaallah nanti aku akan bantu kamu sebisaku ya, dan aku tidak menyangka bahwa kamu ternyata juga menyukaiku dan ingin meminangku ".
Ujar si lilis dengan sedikit gugup dan dan tersipu malu hingga lesung pipi nampak dan membuat senyumnya semakin manis.
Sudahlah...!larut malam, kunang kunang dan bintang kecil menghiasi langit malam membiru hingga nampak aurora birunya cinta yang mengesankan...