Bagaimana awan bertanya pada ilalang dan hiruk pikuk yang menimpanya. Sketsa Dahulu
Kehidupan nya begitu kalut---Bisa saja bahagia setinggi pencakar langit---bisa saja terpuruk seperti jurang kebinasaan.
Namun bisa juga---tetiba awan dan tangisan menggunturnya---menderanya tiba tiba bagai tersayat sayat diatas titian asa gayung bersambut.
Jungkat-jungkit---Pertanda masalah menghujam begitu pelik nan menderu kalbu hingga membuat raga terkecik
Apalah daya...?
Skenario sang Pencipta senantiasa harus terpatri dan tertanam dalam diri
" Bahwa "
Nestapa waktu yang mengarungi hidupmu---kau bisa melewati nya
Lihatlah, jam itu masih terpaku diatas dinding, menyemangati mu dalam bilik kamar beralaskan dipan dipan peristirahatan mu
Untuk...
Membantu mu merajut asa dalam poros kehidupan yang tersisa
Mungkin---Mungkin---tak bisa terulang kembali, tidak bisa diputar lagi kebelakang
Hingga, jangan sampai...
Menyisakan Puing puing penyesalan tak berujung
Lihatlah jungkat-jungkit itu, itu adalah filosofi gambaran kehidupan mu
# M. Erik Ibrahim
# Rabu, 13 Juli 2022
Sumber Foto : Ilustrasi by Pixabay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H