Tidak sengaja. Hari ini pagi cerah ceria membuat aliya enggan bergeming lagi di kamarnya dan membuat ia ingin segera bergegas menikmati dunia.
Aliya---seorang gadis belia yang tinggal bersama neneknya di pedesaan yang asri dan rimbun.
Seperti hari ini. Aliya ingin segera bergegas bermain layang-layang dengan rekan rekan sebaya di tanah lapang.
Muara pinta... Di tengah-tengah perlombaan ingin bermunajat,
"Ya Tuhan, buatlah layang-layangku tetap mengangkasa di awan walau badai angin mencoba menerpa?... "
Terperanjat lah ia ketika sampai di tanah lapang bermain layang-layang ditemani rekan-rekan dan hembusan angin yang menyejukkan.
Aliya---meskipun tubuhnya meringkuh berdentum sakit karena tergores luka, ia tetap gigih bersemangat dalam bermain seutas tali layang-layang.
Mata berbinar binar membuatnya betah dan tak ingin singgah di tanah lapang, hingga semampailah ia tak sengaja memutus tali layang rekannya.
"Waduhh,... Gimana ini, layang-layang temanku jatuh dan sudah tidak berbentuk lagi..? "
Panik bukan kepalang aliya tunjukkan dengan gelagap takut, sedih dan cemas rekannya akan murka.
Nasib malang---langit juga bagai gayung bersambut yang menghujam aliya dengan muka muram dan mendung yang sebentar lagi akan hujan.
"Aldo, maafin aku,aku tidak sengaja memutus tali layang layang itu, ayo aldo kita lanjutkan nanti saja,ayo segera pulang..."
Sembari alya meminta maaf kepada aldo dengan wajah pucat pasi dan mulut berkomat kamit memanjatkan doa, sejenak aldo juga berkata,
"Tidak mau, aku mau layang layang aku itu kembali seperti semula..? "
Sesampainya dipersimpangan jalan, aldo dan alya berpisah. Malangnya alya masih terbayang kata kata aldo.
Ia kembali berjalan dengan kepala lesu, tertunduk dan kembali murung dengan apa yang terjadi.
Setapak demi setapak ia lalui dengan isak tangis bimbang apa yang ia harus perbuat.
Tibalah. Tibalah malam dengan masih terus terbayang membuat alya tak kuasa menahan tangis dan memanjatkan doa.
"Bagaimana ini ya Tuhan...? Aku harus bagaimana"
Seperti esok hari. Aliya berusaha menjumpai rumah aldo dengan secarik pena yang sudah ada tulisan permintaan maaf.
Dan aldo menerima kertas itu dan membacanya. Tapi... Aldo enggan untuk memaafkannya dan meminta layang layang nya kembali.
Aliya... Aliya saat itu pulang dengan tangan kosong, penuh pasrah dan ia mencoba lagi esok hari.
Kali ini ia tulis dengan setulus hati disertai permintaan maaf untuk aldo dengan segenap jiwa nya.
Seperti hari ini. Kaki mungil alya berjalan kerumah aldo, dan sesampainya dirumah, ia mengulurkan kertas itu ke aldo seraya meminta maaf. Tapi aldo berujar,...
"Aku tidak mau memaafkan mu, aku mau layang layang itu, pergilah sana? "
Setelah mendengar itu, alya tertunduk lesu, menyeka air mata yang hampir jatuh dan meletakkan kertas itu ke ubin, dan seraya berkata,
"Ya Tuhan, bukakanlah pintu maaf untuk ku dengan secarik tinta hitam diatas kertas putih ini, sampaikan lah ke aldo,ya tuhan. "
Aliya.... Aliya tersenyum tipis dan pasrah terhadap apa yang terjadi selanjutnya,
Apakah..!
Apakah pintu maaf dari aldo berpihak kepadanya?
Apakah aliya akan kembali murung?
Dan apakah aldo sudah tidak peduli lagi pada alya?
Pertanyaan itu terus muncul dan ricuh di benaknya sembari berjalan pulang dengan tangan hampa...
Hitam di atas Putih
Semarang, 21.06.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H