Tak lupa, Uci akan menanak nasi yang sebelumnya ia beli di toko kelontong terdekatnya.
Tak banyak... Ia hanya masak secukupnya untuk semalam saja, karena ia harus berhemat dan membagi rata untuk membayar uang SPP nya nanti.
Di gubuk tua alias rumah sederhana itu, Uci selalu menghibur dirinya sendiri dengan berbagai cara agar rumah itu tidak sunyi senyap.
Untuk menentramkan hatinya agar selalu terbuka mata hatinya, ia selalu melantunkan alquran peninggalan Ibunya yang ia baca hingga membuat semua sela sela rumah terdengar dan menggema.
Sholawat kepada Nabi tak lupa ia dendangkan atas rasa rindu dan ingin bertemu sosok Nabi, karena baginya, ia adalah panutan seumur hidup nya.
Jika aku menjadi...! Usai menghibur dirinya tadi, uci masih terbesit rasa takut, khawatir dan cemas atas kehidupan nya.
Jika aku menjadi...! Sesekali ini yang ia angan angankan dikepalanya sembari menikmati bintang dan kemerlap malam dibalik bilik kamar yang ia punya.
Jika aku menjadi...! Dikala hidup sendirian, Uci senantiasa tertengadah dan berdoa agar Tuhan selalu melapangkan rezekinya ketika ia berpijak dibumi mana pun.
Jika aku menjadi...! Untaian kalimat itu berdesir halus memasuki sela sela rumah dan telinga ketika tangannya tertengadah dan memanjatkan do'a , sesekali ditemani kerlap kerlip kunang-kunang yang mengitarinya...
~~~~~Kisah Nyata~~~~~
Tentu, Uci bukanlah sebuah nama sebenarnya, melainkan nama samaran berdasarkan siaran televisi yang pernah ku lihat 3 tahun silam.
Uci---kamu tidak sendirian, ada banyak sekali teman mu yang kelangsungan hidup nya seperti kamu bahkan kurang beruntung seperti kamu...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!