Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sajak Sebatang Kara

13 Juni 2022   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2022   07:39 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam itu telah terpaku didinding entah berapa lama waktu nya, menyisakan anak sebatang kara yang hidup nya senantiasa bergelayut perkara yang tak bisa ia tangkis sendirian

Terkungkung zaman, terbungkam dan hidup nya seolah terpasung, hanya di ruang lingkup yang dilengkapi sajak sajak sebatang kara dengan sebongkah kepiluan yang menderanya

Sendirian

Keluarga baginya sudah asing untuk ia kenal karena sebatang kara sudah terbelenggu didalam jiwa nya. 

Apalagi..! Cukup lah, jangan lah engkau membuat nya merasa berbeda dan asing hingga ia terpaksa menyeka air mata yang berlinang deras. 

Kucing---sebenarnya ia tak benar benar sendiri. Ada kucing yang selalu mendampingi hidup nya dan menghibur nya. 

Iya, kucing....! Aku tak salah menggelegar kan namanya kepadamu. Kucing yang dimaksud juga sebatang kara yang entah induk nya pergi.

Kesepian

Hingar bingar kegembiraan baginya omong kosong semata. Menanggap cakrawala ini telah paripurna mendongeng kan legenda untuk nya. 

Desiran angin lah yang ia dengar sepanjang waktu dan seumur hidup dan suara mungil kucing berbulu putih itu. 

Titian jalan ia resapi dengan sepenuh makna dan segala syukur yang ia miliki dengan sesekali tangan dan kepala tertengadah untuk berdoa. 

Kesedihan

Huuuft...! Sesekali menghela napas menyongsong kehidupan yang mulai tidak menentu dengan segala tantangan yang menyerbu

Kuat atau tidak , engkau akan meneteskan air mata sekalipun engkau mengusap nya berkali-kali dengan kedua jari jemari mungilmu

Terkadang petir mengguntur juga setia menemani dikala muara kesedihan sudah menerpa. 

Entah sampai kapan tangis lelayung ini tergerus oleh cakrawala dizaman ini agar kesedihan bisa tergantikan dengan penuh cinta dan kasih sayang

Permohonan

Di muara pinta, tapak tapak doa akan segera ku munajat kan dengan tubuh merengkuh dan tertunduk penuh keseriusan. 

Tetaplah---Lantunkan doa yang sudah engkau persiapkan dari pagi hingga petang hingga menunggu wangsit yang tak kunjung datang. 

Sebatang kara....Semoga tidak seburuk yang aku pikirkan...

Bacaan Kehidupan

Silakan bisa membaca Nenek Asmi dan Kayu Bakar, Ku pinta sepasang Mata. Semoga bermanfaat-M. Erik Ibrahim



~~~~~Amiin, 13 Juni 2022~~~~~ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun