Gigih, tak kenal menyerah dan tak terselip keluh kesah di muara kan nenek Asmi dengan setulus hati demi membuat sang cucu hidup enak kelak.
Seperti hari ini. Nenek Asmi bergegas dan bersemangat mencari kayu bakar untuk dijual di pasar tak jauh dari gubuk tuanya.
Tak lekang oleh waktu, nenek Asmi tiba di hutan belantara untuk menengok kayu yang ia akan pilah pilah untuk segera ia jadikan pundi pundi rupiah.
Tak terasa.... Mentari pagi nan menyeringai sudah menusuk di sela sela hutan belantara hingga membuat Nenek Asmi dan cucunya terlihat oleh mata.
Cucunya ingat wejangan dari sang nenek tadi untuk turun jikalau langit sudah cerah, dan ia pun segera beranjak dan menginjak kan kaki untuk mengulurkan bantuan ke neneknya.
Pilah memilah membuat nenek Asmi menggunakan poros waktu yang lama hingga tetiba matahari sampai diatas kepalanya menandakan hari sudah semakin siang dan panas.
"Cukup Nduk, kita sudahi saja mencari kayu ini, mari kita pulang... "
Sebelum matahari menusuk ke pori pori kulit nenek asmi dan cucunya lebih lama nenek Asmi segera bergegas pulang.
Tapi sebelum itu, sebongkah kayu bakar nan dibopong dipundak tadi bergegas diserahkan di tengkulak untuk ditukarkan menjadi lembaran lembaran rupiah.
Berkat jerih payahnya dan pertolongan dari cucunya , kayu bakar tadi terhimpun cukup banyak dan mendapatkan pundi pundi rupiah yang terbilang banyak tak seperti hari hari biasanya.
Seperti hari esok--- terlintas dikepala sang nenek akan ulang tahun cucunya, ...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!