Ketika tubuh sudah enggan berbaring di singgasana dipan beralas kapuk melenakan jiwa
Secerca kisahuntukramadan tak lain dan tak bukan ingin ku gebu gebu dan layangkan hari ini
Rasa menggelora juga ingin ku tebar bagai butiran benih tebarhikmahramadan
Hawa nafsu harus di tangkis agar tubuh tak terus meringkuk terbujur kaku dengan angan angan yang menggelayutinya
Malam buta dalam sekejap lagi akan segera dengan mentari menyingsing menyilaukan mata
Tapi semudah itu, rasa malas masih bisa terombang ambing bagai tradisi membayangi hidupmu agar kau tetap terpaku bagai jam di dinding yang membisu
Ilalang ilalang hijau sudah mulai berembun menandakan sejuknya pagi, bunga bunga bermekaran disertai dengan burung camar, merpati nan burung pipit yang tak mau kalah
Seraya suara mereka berdentum, menggema bagai paduan suara alangkah indah dan eloknya sekalipun alunan suara dari laptop ingin mengalahkan nya
Suaranya bagai santun dan sopan masuk di sela sela telinga mengawali pagi dengan panca indera yang begitu menikmatinya
Desiran ingin senantiasa mengetuk pintu hati seraya mensyukuri ciptaan alam nan indah ini
Ketika pagi hari mengawali kebahagiaan. Ku tak sanggup bersilat lidah tuk membohongi betapa dahsyat dan megahnya ciptaan Tuhan yang senantiasa tubuh ingin bersujud dan tangan ingin tertengadah memanjatkan doa.
Ketika pagi hari mengawali kebahagiaan. Ingat, aku akan datang selalu dengan segala teknologi canggih mu, kerana kau telah membuat ku candu dengan nikmatmu dan ingin ku selalu hadir di pagi lain waktu...
#Puisi Ketika Pagi Mengawali Kebahagiaan
#Selasa, 17 Mei 2022
#M.Erik Ibrahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H