18:30 WIB...
Gemah ripah ramadhan kali ini benar benar membuat ku berdecak kagum bercampur terheran heran dan sedih.
Pasalnya suasana berbeda dengan tahun tahun sebelumnya mengingat lagi umur ku yang sudah tidak mungil dan bertabur bedak bayi yang harum disekujur tubuh.
Bagai diperbatasan antara nanti masih dapat THR atau sudah resmi pensiun dari anggota penerima THR.
Sejenak terbayang diangan angan, lucu dan asyik juga sih lebaran tahun kemarin. Ada baju baru, sendal baru, hingga rumah pun juga baru.
Maksudnya cat nya yang baru, tapi tahun ini seperti tahun berharap harap cemas dan hati was was dan bergumam,
"Kira kira suasana nya seperti tahun lalu atau tidak ya "
Ah sudahlah tidak usah di pikir ruwet, kan lebaran tahun ini tinggal menunggu hari lagi.
Rupa rupanya, tercium dari kejauhan, makanan pun jadi spesial dan sepertinya juga lezat.
Mendekatlah aku, di toples ini ada Krupuk Melarat atau Krupuk Bakar, disana ada juga nastar warna kuning kecoklatan bertabur keju lagi.
Dibelakang ku ada jenang dan geplak sari juga, wah sepertinya enak banget ini.
Semakin tidak sabar menunggu malam lebaran dan menjadi orang pertama yang mencicipi ini.
Tak disangka, hari sudah semakin gelap dan adzan segera berkumandang. Tidak sabar untuk segera berbuka puasa bersama..
Campur aduk jadi satu antara sedih dan senang. Disatu sisi senang karena bisa berbuka puasa dan disisi lain, ini hari terakhir buka puasa.
"Nak, hayoo... Kamu mau pilih makan yang mana, ibu sudah masak yang enak dan lezat lhoh hari ini"
Terlihat enak semua sih, Baiklah,ku satu padukan aja semuanya jadi satu, ada sambal goreng,opor ayam, gulai kambing...hehehe...
Tak terasa, waktunya saling bermaaf maafan dengan keluarga, habis itu membayar zakat fitrah.
Kaki ini sudah mulai penat,baiklah malam ini istirahat terlebih dahulu,besok waktunya sholat ied di Masjid.
Wah banyak sekali orang yang datang, tidak sabar menunggu hingga selesai dan makan bersama.
Habis ini, silaturahmi ke tetangga dengan tubuh paruh baya ini bersanding dengan anak kecil.
"Apakah aku juga akan dapat uang thr juga ya"
angan angan ku sambil menggenggam harapan. Tapi kenapa yang dikasih anak kecil terus, aku kapan ya....
Tidak mengapa lhah, coba di tetangga yang lain, siapa tau dapat..
Hmmm.... Ternyata tetangga ini juga lebih tertarik pada anak kecil itu.
Tapi nggak boleh berkecil hati, coba di saudara ku saja, siapa tau dapat.
Hmmm.... Yang dapat malah adikku saja, dan kata saudara itu kepadaku ,
"Kamu sudah besar,jadi kamu harus cari uang sendiri dan aku rasa kamu nggak perlu uang ini "
Rasa sedih berdentum menjadi satu dihati, sambil menahan muka dan mata agar tidak berkaca kaca dan harus tetap tegar.
Sudahlah... Tidak usah berkecil hati, coba ah pergi ke ibu. Aku akan bertanya,
"Apakah aku akan dapat uang thr ? "
Lari tunggang langgang gembira dengan penuh semangat.
Tapi mata ini kaget dan terperangah ketika melihat sangat adik dapat uang THR dari ibu
Mulut seolah juga tak sabar ingin segera bertanya,
Ibu : "Bu, Apakah aku juga dapat uang thr, kan aku juga anak ibu? "
Aku : Nak, kamu itu sudah besar, beda dengan adikmu yang kecil ini, belom bisa cari uang. Kamu harus mandiri dan cari uang sendiri ya
Mendengar ibu berkata seperti itu, hati bagai hancur dan ingin bergumam,
apakah aku yang paruh baya ini juga tidak memerlukan uang lagi ?
Apakah ibu ku tidak melihat kebutuhan ku yang semakin menghujam dan berbondong-bondong ini..?
Tubuh ingin segera pergi ke kamar dan bertanya sekali lagi,
Apakah aku ini sudah tidak pantas mendapatkan uang THR lagi?
Bergumam sambil mengetuk pintu dan masuk ke kamar dan merenung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H