Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Freelancer - 🐇🦢🌱Berakit Rakit Ke hulu, Berenang renang ketepian, aku bersungguh sungguh untuk kamu, TAPI, kamu malah demikian🌴🌿
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🐇🦢 Terbentur----TeRBENTUR----TerbENTUR----TERBENTUK🐇🦢

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terimakasih, Nak!

11 April 2022   11:03 Diperbarui: 12 April 2022   12:15 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : https://roamnewroads.ca

Kemana lagi tongkat kayu ini berkelana bersamaku

Perut ini sudah seperti tanah gersang nan tandus yang kosong dan penuh keheningan

Kaki ku sudah mulai lemas nan letih berjalan

Aku tak menyerah, aku harus tetap berjalan demi mengais rezeki dan lanjutkan puasa ini

Puisi alam : Sampan Kecil


Mengapa mata ini juga rabun seperti sudah jatuh tertimpa tangga

Detik waktu mengisyaratkan matahari akan terbenam

Tahan ya perut tandus ku, sebentar lagi kita akan berbuka meskipun entah dimana

Hati ini semakin pedih kerana sebutir makanan pun belum ada yang menghampiri

Puisi Permainan : Cublak Cublak Suweng


Jiwa raga mulai gemetar dan pandangan menjadi buram dan kabur

Kepala pening mulai bingung dan hari semakin gelap gulita

Namun tak disangka seorang pemuda membuatnya terperangah kaget

Dia berbisik halus kepadaku, nenek mau kemana dan mengapa berjalan sendiri? 

Puisi : Dentuman Detak Jantung


Aku tak tahu nak, aku sudah penat dan aku ingin berbuka tapi sejauh ini belum tahu entah dimana

Pemuda itu berucap kepadanya dengan pelan , mari saya ajak nenek ke Surau


Kalbu riang gembira dan kebahagiaan sontak tersirat dari kalbu nan menyanggupi sarannya

Tapi, nanti mengapa aku di sana nak, aku hanya ingin berbuka? 

Tanya sambil bingung dan berjalan

Tibalah di masjid dan sebentar lagi azan akan berkumandang

Nenek tunggu sebentar disini, nanti ku kembali lagi

Pemuda itu bersikukuh membelikan makanan meskipun ia linglung

Ia membeli apa saja yang didepan bola matanya dan bergegas pergi


Ini sepotong makanan untuk nenek, semoga nenek suka

Pemuda terperanjat nan kagum, ternyata itu makanan favorit nenek itu

Pemuda itu membawa sekotak ketela rebus isian gula jawa nan sudah lama tak memakannya

Tertegun dan berkaca kaca tersirat dimuka nenek itu dan berucap

Terimakasih, nak.., nenek tidak tahu lagi jika tidak ada kamu

Ini sangat berharga dan berarti untuk nenek meskipun ini sederhana

Ilustrasi: https://solo.tribunnews.com
Ilustrasi: https://solo.tribunnews.com

Semarang, 11 April 2022

Sumber gambar

1.   https://travel.detik.com

2. "https://solo.tribunnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun