Di Gubuk Tua
Kegerahan nan panas menderai hati malin kundang
Ke guncangan kalbu nan ia alami sudah tak terbilang
Angan angan ia menggerutu tuk bisa bergelimang harta
Seolah Bibir mungilnya tak bisa bungkam kepada bundo nya
"Bundo, sanubari ini tak tahan lagi dengan jeratan kemiskinan ini"! Ujar malin
Puisi Sedih : Serpihan Kesedihan
Di Depan Teras Gubuk Tua
Hati bundo malin bagai terenyuh dan bercucuran air mata
Nak, bundo menyanggupi keputusan mu! Ucap bundo dengan kepala mengangguk
Malin bergegas pergi dengan kalbu Sumringah
Tapi sebaliknya, bundo malin terenyuh sedih dan berat hati melepasnya
Di Sebuah Kota
Pundi pundi rupiah tak terasa sudah mengitarinya
Diikuti gelimang harta, tahta dan kekasih pujaan nya
Di Gubuk Tua
Sudah tak tertahan lagi kalbu dan sanubari bundo malin
Gelisah nan was was terselubung di jiwanya
Angan angan bundo malin menghantui tuk beranjak pergi
Mengenakan kain menjuntai seadanya dan alas kaki semampunya
Di Sebuah kota
Mata terbelalak bundo malin senantiasa cari keberadaan malin
Sampai esok hari dengan matahari menyingsing
Ia mendapati malin berada di singgasana mewah dan kekasih pujaannya
Suara menggelegar bundo malin keluarkan
Seolah telinga lebar malin sampai terdengar
Mata elang malin melihat dan ia pura pura tak mengenal nya
Jeritan ketakutan menghantui dirinya manakala kekasihnya tau
Kau bukanlah bundo ku! Sontak Ucap malin
Bagai jatuh tertimpa reruntuhan mengguntur
Bundo malin menetaskan air mata
Lambat laun hati ibu malin mulai geram dan marah durjana
Jadilah batu wahai malin kundang! Ucap Ibu tiada pasrah dan menangis itu
Sontak langit jadi gelap gulita, petir petir menghujam
Disertai berbondong-bondong air nan turun deras tak berkesudahan
Menyelimuti pedihnya hati ibu malin nan tak terbendung lagi
*Legenda Malin Kundang, 03 April 2022*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI