Makna Religius
Orang Manggarai juga percaya bahwa Mori Kraenglah yang menciptakan segala yang ada di sekitar mereka yang dapat menunjang kelangsungan hidup mereka. Selain itu mereka juga percaya bahwa bahwa usaha mereka dapat membuahkan hasil apabila Mori Kraeng merestunya dengan memberikan berkat atas usaha tersebut.
Berangkat dari kesadaran tersebut orang Manggarai kemudian mengakui hal itu dengan cara mereka sendiri yaitu torok. Dalam torok mereka mengungkapkan isi hati mereka yaitu ungkapan terima kasih, syukur dan dapat berisi doa-doa permohonan kepada Mori Kraeng.Â
Untaian kata-kata dalam torok sendiri mengindikasikan bahwa mereka sadar akan adanya Mori Kraeng yang menyelenggarakan hidup mereka serta yang menjadi awal dan tujuan dari hidup mereka.
Pengakuan tersebutlah yang membuat tradisi torok ini masuk dalam gereja (liturgi). Hemat penulis gereja lokal melihat bahwa benih-benih atau unsur-unsur yang baik dari tradisi ini yang dapat memberikan sumbangan kepada gereja lokal, terutama agar iman katolik bisa merangkul dan menyentuh eksistensi dari manusia Manggarai.Â
Orang Manggarai mengakui Tuhan sebagai pencipta, penyelenggara hidup manusia dan kemudian mereka ungkapkan itu dalam tradisi torok, tidak berbenturan dengan ajaran gereja yang mengakui Tuhan sebagai pencipta dan sudah menjadi kebutuhan bagi gereja untuk melambungkan pujian kepada Tuhan melalui liturgi gereja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H