Seiring dengan dikeluarkannya Peraturan KPU (PKPU) Nomor 5 Tahun 2020, pilkada tahun 2020 akan digelar di tengah pandemic virus Corona. Sejumlah protokol kesehatan pun akan diterapkan pada tahapan-tahapan pilkada.
Nah, disini saya akan coba ngintip-ngintip, diantara bacalon peserta pilkada, kira-kira siapa yang bisa mengambil untung dari pilkada di tengah corona ini.
Menurut pemikiran saya -notabene bukan politisi- di setiap pilkada, dari semua yang menjadi calon dan petahana juga ikut mencalonkan diri, hakkul yakin calon dari petahana lah yang paling berkesempatan banyak "beriklan" lebih dulu dari calon yang lain, sebelum masa kampanye dimulai.
Pilkada ditengah pandemic seperti sekarang ini, calon petahana bisa "beriklan" dengan sangat leluasa. Sementara calon lain dengan berbagai aturan protocol kesehatan, mereka mati-matian memperkenalkan dirinya kepada masyarakat. Apalagi yang independent tanpa kendaraan politik, mereka hanya mencoba peruntungan saja, siapa tahu ada calon kuat yang mau gandengan sama dia.
Nah, beralih ke Kabupaten Cianjur, kota kelahiran saya.
Suhu Pilkada sudah mulai memanas. Pernyataan sikap koalisi antar partai sudah blak-blakan untuk siap pasang jagoannya masing-masing. Terutama bacalon yang menjadi rival petahana, yaitu koalisi PKS, PKB dan Demokrat. Dari koalisi ini, belum muncul sosok yang pas untuk bakal calon bupati dan wakil bupati.
Dari PKB sendiri, sudah menjadi rahasia umum, Kang Lepi Firmansyah siap didaulat menjadi bakal calon bupati. Tetapi PKB tidak bisa begitu saja mecalonkan jagogannya, sepertinya akan ada "obrolan panjang" di internal koalisi ini, karena dari Demokrat dan PKS memiliki kandidat untuk calon bupati/wakil bupati, Wawan Setiawan dari Demokrat, Sadar Muslihat dan Gilar Budi Raharja dari PKS.
Herman Suherman sebagai petahana sudah lebih dulu diusung partai-partai besar lainnya, PDIP, Partai Golkar, Partai Nasdem, PAN, dan PPP. Â Koalisi lima partai politik (parpol) resmi mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Herman Suherman-Tb Mulyana Syahrudin sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada Cianjur 2020.
Diawal tadi saya katakan bahwa, petahana memiliki peluang lebih besar untuk "beriklan" lebih dulu. Benar saja, saya melihat photo-photo petahana dengan gambar kualitas tinggi, dipajang dimana-mana. Bisa dikatakan hampir disemua instansi pemerintahan, photonya dipajang besar-besar. Bahkan hampir disetiap acara kedinasan, pada spanduk acara pasti dipajang photo petahana.
Nah, itulah enaknya jika petahana mencalonkan diri, gratisan bikin iklan di spaduk, hehehe. Tapi boleh lah, bebas-bebas aja, asal jangan terkesan lebai atau kelihatan "takut" gak dipilih aja sii.Â
Padahal ngga usah gitu-gitu amat juga, kalo kerjanya bagus, rakyat juga bisa milih dia lagi, nggak usah repot-repot minta dipajang photo. Bisa jadi yang asalnya simpati, kalo caranya gituh, yaaaa apa boleh buat...enek. Maaf...
Sebagai penutup, saran saya nih, biarlah photo-photonya bertebaran disana-sini. Tetapi nanti kalo sudah sah jadi calon bupati/wakil bupati. Karena judul tulisan saya ini kaitannya dengan penanggulangan Covid 19, petahana yang sudah jadi calon, tidak diperbolehkan menjadi ketua gugus penanggulangan covid di daerahnya. Serahkan saja kepada Wakil Bupati atau Sekda, itu bisa menjaga kesan netralitas dalam pilkada. Ituh sajah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H