Secara visual, House of Cards sangat memanjakan mata dengan palet warna gelap dan atmosfer yang gloomy. Setting yang sering kali berada di ruang-ruang tertutup dan penuh bayang-bayang ini memberikan kesan bahwa di balik setiap keputusan politik, selalu ada sesuatu yang disembunyikan.
Cinematography ini juga mendukung cerita yang ingin disampaikan---bahwa dunia politik penuh dengan sisi gelap yang jarang terlihat oleh publik.
Kritik Sosial: Politik Kotor dan Manipulasi di Mana-Mana
House of Cards menyentuh banyak aspek dari politik kotor dan manipulasi yang bisa terjadi di mana saja, nggak cuma di Amerika Serikat.Â
Karakter Frank Underwood yang melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya itu, sekalipun harus menghancurkan orang-orang yang dulu mendukungnya. Serial ini seolah memberikan cermin bagi dunia politik global, termasuk Indonesia.
Relevansi dengan Gejolak Politik Indonesia Saat Ini
Meskipun House of Cards ber-setting di Amerika Serikat, isu-isu yang diangkat sangat relevan dengan situasi politik di Indonesia. Dalam beberapa kejadian, kita sering melihat bagaimana permainan kekuasaan bisa berjalan di balik layar;
Seperti bagaimana politisi menggunakan media untuk membentuk opini publik, dan bagaimana hubungan antar politisi (kerabat) sebagai senjata mempertahankan ambisi kekuasaan.
Situasi politik di Indonesia yang penuh dengan dinamika ini terlihat dari permainan kekuasaan di DPR hingga pertarungan politik dalam Pilkada, mengingatkan kita pada "lahh... ternyata sesuai realitas yang ada".Â
Ini membuktikan bahwa serial ini nggak cuma sekadar fiksi, melainkan suatu entitas politik yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia.