Selain itu, Di kehidupan nyata, kita sering pula dengar pertanyaan seperti "Kapan nikah?" atau "Udah punya pacar belum?" Seolah-olah menjadi single itu salah. Yorgos Lanthimos memvisualisasikan tekanan ini dengan cara yang ekstrem, tapi tetap relatable.
Visual dan Atmosfer yang Surreal
Dari segi visual, The Lobster punya gaya yang beda dari film romance biasanya. Setting yang dingin dan steril, cocok dengan mood film yang penuh ketegangan dan kecemasan.
Cinematography yang menonjolkan warna-warna muted (saturasi rendah) ini mencerminkan isolasi dan keputusasaan yang dirasakan karakter-karakternya.Â
Selain itu, dialog yang kaku dan monoton bikin suasana film makin surreal dan nggak nyaman. Tapi justru di situlah daya tarik The Lobster—semua elemen aneh ini sukses bikin kita ngerasain betapa absurdnya dunia di mana cinta dipaksakan.
Makna Mendalam: Apa Itu Cinta Sejati?
The Lobster nggak sekadar film yang aneh. Film ini juga ngajak kita buat mikir tentang apa itu cinta sejati. Apa benar cinta bisa dipaksakan hanya karena kita takut sendirian?Â
Atau mungkin cinta sejati justru muncul ketika kita berani melawan tekanan sosial dan memilih untuk menjadi diri sendiri? Film ini bikin kita merenung tentang arti pasangan hidup yang sesungguhnya dan bagaimana kita mendefinisikan cinta.
Kesimpulan: Relationship Goals atau Nightmare?