Mohon tunggu...
Erick Tan
Erick Tan Mohon Tunggu... Teknisi - Pengamat Penelusur Pelurus Sejarah

PRIBADI BIASA MENOLAK SEGALA SISTEM PENINDASAN SEGALA BIDANG DAN ASPEK KEHIDUPAN DALAM SEGALA EKSPRESI HIDUP MAKHLUK BERTUHAN.NASIONALIS DAN RELIGIUS MENDAMBAKAN RAHMATAN LIL ALLAMIN DALAM BERSOSIALITAS DAN SEGALA BENTUK WADAH NYA.BUMI ADALAH TEMPAT BERPIJAK YANG HARUS DI BERSIHAKAN DARI ANGKARA MURKA DAN KESERAKAHAN AKIBAT KEMUNGKARAN.HIDUP DINAMIS BERSAMA ALAM DAN PEMILIK NYA.AMIEN

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kapan PSSI Indonesia Move On

10 Maret 2015   11:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

TANGGAL SPESIAL BAGI INDONESIA DAN SEJARAH BOLA PIALA DUNIA HINDIA BELANDA.

06 MARET 1951 atau 64 tahun yang lalu.

Pada saat indonesia masih dijajah belanda VOC (lambang VOC adalah lambang illuminati yahudi) , terjadi sebuah eksistensi PSSI sama sekali tak diakui sebagai federasi oleh dunia bola international. Lain hal setelah merdeka, disusul partisipasi tim nasional (timnas) untuk pertama kali di event resmi, Asian Games 1/1951 di New Delhi India.

Tepat pada tanggal 6 kemaren 64 thn lalu timnas menjalani debut pertama event resmi international tersebut. Tepat pukul 16.15 waktu setempat, skuad Merah Putih menghadapi tuan rumah india. Timnas kala itu diasuh pelatih asal singapura Choo Seng Quee,

Dengan formasi WM sosok yang disapa uncle Choo itu menurunkan Saelan sebagai penjaga gawang, Chaerudin, Sidi, Sunar, Jahja, Liong, Houw, Aang Witarsa, San Liong, Darmadi, Ing Hien, dan Soegiono. Sayang nya Indonesia dibabat habis pulang dengan bangga membawa angka 0-3.

Hasil buruk tersebut memang sudah diprediksi jauh hari. Maklum timnas tersebut merupakan timnas dadakan. Belum digulirkan nya kompetisi oleh PSSI membuat pelatih kesulitan mencari pemain (dan alasan ini selalu jadi latah oleh para pelatih jaman sekarang sungguh ironis, dadakan lah atau waktu mepet) dan jika masalah ini terjadi di masa indonesia sudah ber PSSI arti nya PSSI itu BOBROK sudah dari jaman dulu. Benar tidak manteman.

Pemusatan berlangsung singkat kala itu, hanya rentang tanggal 2-20 februari 1951. Setelah itu mereka berangkat ke india pada 2 maret 1951.

ironis dan tragis event asia dibabat habis untuk kali pertama dan event piala dunia hanya mampu 2 kali bertanding, Namun dulu patut diacungi jempol bandingkan dengan masa sekarang atau setelah dipimpin soeharto semua bobrok tak karuan. Walau sampai saat ini Indonesia belum mampu melayani event piala dunia. Walau dengan fasillitas cukup jauh berbeda tapi malah mengalami kemunduran mental dan kualitas pemain. Sepakbola gajah telah meracuni pemain, dan akibat NARKOBA yang di edarkan oleh agen agen yahudi selalu menjadi angka tertinggi ke bobrokan pemain. Saat ada pemain yang hebat dan pelatih sekelas Indra Safri pun harus tekluk lutut pada permainan korup PSSI La Nyalla Matta Litti.

mau kemana timnas kita...masih kah garuda didada KITA.

Berikut ringkasan rekam sejarah event piala dunia HINDIA BELANDA  kalo saya bilang cuma beruntung pernah meraskan...seperti dilansir dari sumber nya

http://s.unair.ac.id/cyberarmy1927

Sebelas orang pemuda yang mayoritas adalah pelajar berdiri tegap di tengah lapangan hijau. Di antara 11 pemuda tersebut, tersempil seorang pria berkaca mata dan berbadan relatif kecil.

Mereka sebenarnya memiliki catatan yang tak bisa begitu saja dihilangkan dari sejarah sepakbola Indonesia, bahkan Asia sekalipun. Karena, kesebelas pria itu adalah orang-orang Asia pertama yang merasakan bagaimana mewakili negara mereka di ajang sepakbola paling ditunggu umat manusia saat ini, Piala Dunia.

Ya, hari ini 76 tahun silam, Frans Alfred Meeng memimpin rekan-rekannya mewakili Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tampil di Piala Dunia Prancis 1938. Saat itu Piala Dunia masih menggunakan sistem gugur dan hanya menyertakan 16 negara sebagai kontestan.

Hindia Belanda yang kala itu dihuni pemain keturunan Belanda, etnis Maluku, Jawa, dan Tionghoa, dikomandoi oleh pelatih asal Belanda, Johannes Christoffel van Mastenbroek. Mereka menjadi wakil Asia pertama di Piala Dunia tanpa rencana, Hindia Belanda diundang dengan status pengganti Jepang yang tak bisa mengikuti babak kualifikasi karena masalah transportasi.

Usai mendapat jatah untuk tampil di babak kualifikasi, jalan ke putaran final terbuka begitu saja bagi Hindia Belanda. Amerika yang semestinya jadi lawan hHans Tahitu dan kawan-kawan malah mengundurkan diri. Hasilnya, satu tempat di putaran final diamankan Hindia Belanda secara cuma-cuma.

Takdir pun mempertemukan Hindia Belanda dengan Hongaria di Stadion Velodrome Municipal, Reims. Menurut berbagai sumber, sekitar 10.000 pasang mata hadir di perhelatan sepakbola termasyhur itu, termasuk para wartawan dari berbagai penjuru dunia yang melontarkan komentar lucu soal pasukan Hindia Belanda.

Hindia Belanda disebut sebagai kurcaci lantaran tubuh-tubuh mereka yang kalah besar dibandingkan Hongaria. Meski begitu, banyak yang menyebut bahwa Anwar Sutan cs memiliki giringan bola yang indah dan menyulitkan, tapi hal tersebut tidak diimbangi dengan pertahanan mereka yang bobrok.

Seperti dikira, baru 13 menit laga berjalan gawang Hindia Belanda yang dikawal Mo Heng Tan sudah harus kejebolan. Tendangan keras Vilmos Kohut tak kuasa dibendung Tan. Dua menit kemudian, Geza Toldi kembali menghajar pertahanan Hindia Belanda untuk membawa Hongaria unggul 2-0. Paruh pertama pun ditutup dengan skor 4-0 untuk Hongaria, di mana dua gol sisa dicetak oleh kapten Sarosi menit ke-28 dan Gyula Zsengeller pada menit 35'.

Babak kedua Hindia Belanda disebut tampil lebih baik, bahkan wartawan Belanda bernama CJ Goorhoff yang kala itu berada di sana mencatat, bahwa kapten Meeng punya giringan bola yang sangat-sangat baik, kendati dengan tampilan berkaca mata, Meeng disebut gelandang tengah yang brilian dan berani berduel.

Tertinggal empat gol Hindia Belanda tak kendur dan berani bermain terbuka, namun permainan Hongaria masih lebih baik dari mereka. Dua gol kembali bersarang di gawang Tan, Gyula Zsengeller membawa Hongaria unggul lima di menit ke-76, kemudian gol penutup dari Sarosi pada menit ke-89. Kalah dari Hongaria dengan skor 6-0 pun tercatat dalam sejarah wakil Asia pertama di Piala Dunia itu.

Kendati kalah telak, Hindia Belanda mendapatkan simpati tersendiri, mereka dianggap sopan dan memberikan penghormatan yang layak kepada penonton di Stadion Velodrome.

Sayangnya, kala itu lagu 'Indonesia Raya' belum bisa berkumandang di Prancis. Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan 'Wilhelmus', yang tak lain merupakan lagu kebangsaan timnas Belanda.

Hongaria sendiri akhirnya menjadi runner-up di edisi ketiga Piala Dunia tersebut, dan Italia mencatatkan sejarah dengan meraih dua gelar di dua edisi secara beruntun, 1934 dan 1938.

dan ini sepuluh alasan kenapa indonesia sulit move on dari masa lalu dan sekarang.

10 Alasan Indonesia Tidak Akan Pernah Masuk Piala Dunia

Sesungguhnya saya enggan menuliskan artikel ini. Judul artikel ini tidak dapat hidup harmonis dengan apa yang saya yakini. Silahkan menyebut saya delusional karena masih mempercayai bahwa Indonesia masih mungkin dapat berpartisipasi di final round Piala Dunia sebelum akhir zaman tiba.

Tapi saya masih cukup memiliki akal sehat untuk mengakui secara sadar bahwa kualitas kita dengan kualitas para peserta piala dunia memang masih terdapat kesenjangan yang jaraknya di luar akal sehat. Entah. Keyakinan saya tadi memang tak lebih dari sekedar impian yang tidak didasari oleh batas waktu. Subtansinya, mimpi hanya akan tetap menjadi mimpi jika kenyataannya terbalik 180o.

1. Buruknya Kualitas Federasi

Minggu lalu, saya baru membaca berita tentang tim nasional Lebanon dan Theo Bucker. Ya, saya sadar saya memang terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Btw, anda tidak perlu mencari tahu siapa Theo Bucker dan hubungannya dengan timnas Lebanon di Google. Biar saya yang menjelaskannya.

Semua berawal ketika Lebanon kalah dari Qatar akibat kesalahan passing Ramez Dayoub. Setelah pertandingan, dilakukan investigasi. Dan akhirnya terbukti bahwa Dayoub beserta Mahmoud Al Ali melakukan pengaturan skor. Mereka berdua dijatuhi hukuman larangan bermain seumur hidup.

Keputusan federasi sepakbola Lebanon juga tergolong sangat berani dan tegas. Apalagi ketika itu mereka sedang berlaga di babak yang baru pertama kali mereka capai sepanjang sejarah, putaran keempat kualifikasi piala dunia. Coba bandingkan dengan disini yang malah mencoba meminta izin ke pihak kepolisian untuk melepas seorang pemain yang jelas-jelas telah melakukan tindak kekerasan.

Mungkin contoh ini memang terlalu klise dan sempit. Namun setidaknya, ini mungkin bisa memberikan gambaran bahwa dengan federasi yang baik, sebuah negara kecil seperti Lebanon saja bisa menembus putaran keempat kualifikasi piala dunia.

2. Krisis Kepercayaan Diri

Mencoba untuk realistis bukan berarti anda tidak boleh bermimpi. Selama anda bukan pemuja Steve Jobs yang telah memasrahkan sepenuhnya hidup anda ke tangan produk-produk Apple tanpa berusaha membandingkan dengan merk lain, maka anda jelas masih dapat untuk berangan-angan tentang keinginan kalian. Setidaknya, mimpi itulah yang akan membuat kita untuk melewati batas-batas yang saat ini menghalangi kita.

Well, ketika menghadapi tim yang kualitasnya lebih hebat diatas kita, kita memang harus mampu berusaha berpikir secara realistis. Namun hal tersebut tidak berarti kita boleh pasrah begitu saja. Kita jelas harus tetap percaya bahwa kita bisa menang.

Tapi sialnya, hal inilah yang sering menimpa tim nasional kita. Mulai dari para pemain, manajemen, hingga suporternya terkadang justru lebih mendukung tim lawan ketimbang tim nasional sendiri. Kalau sebelum pertandingan saja sudah menyiapkan alasan untuk digunakan pada akhir pertandingan nanti, untuk apa lagi anda bertanding? Toh anda sudah tahu bahwa anda pasti kalah.

3. Terlalu Sering Salaman

Sebelum pertandingan melawan Belanda kemarin dimulai, Roy Suryo, Djohar Arifin, beserta rombongan turun dari bangku kehormatan menuju lapangan. Mereka menyalami satu per satu pemain Belanda dan pemain Indonesia. Dalam hati saya berpikir, “Tak apalah. Namanya juga laga persahabatan.”

Namun mencoba mengingat-ingat, ternyata rombongan tersebut juga melakukan hal yang sama ketika kita menghadapi Arab Saudi beberapa bulan lalu. Begitupun juga dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Hampir semua pertandingan tim nasional dimulai dengan seremoni jabat tangan yang entah darimana idenya itu.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan berjabat tangan. Namun saya jadi bertanya-tanya, kita ini sesungguhnya bangsa yang kelewat ramah atau kelewat rendah diri? Karena jika mereka yang berasal dari box kehormatan tersebut selalu ingin tampil di lapangan, secara tidak langsung ini menggambarkan kalau merekalah yang memiliki kekuasaaan atas pertandingan. Dan kalau sudah memiliki kekuasaan sih biasanya…………..

4. Kalah Postur Dan Stamina, Kata Mereka

Hampir di setiap kekalahan yang kita alami, faktor stamina selalu menjadi kambing hitam. Yang membuat saya bingung adalah sudah tahu bahwa kita lemah dalam faktor stamina sejak bertahun-tahun yang lalu, tapi kenapa sampai saat ini belum ditemukan penyelesaiannya?

Selain faktor stamina, ada satu faktor lagi yang biasanya dipergunakan sebagai alasan apabila memang dibutuhkan ketika wawancara, yakni faktor kalah postur. Mau bagaimanapun, faktor postur badan memang menjadi salah satu penentu dalam jalannya pertandingan. Seperti yang kita lihat kemarin melawan Belanda, Andik Vermansyah sempat melewati Ron Vlaar dengan kecepatannya. Namun pada akhirnya ia kalah oleh jangkauan panjang kaki Vlaar yang secara cepat membuang bola.

Ini memang merupakan alasan yang sangat masuk akal. Namun mau sampai kapan kita pasrah kepada postur badan? Kalau terus menerus menyalahkan postur badan, ya berarti sama saja kita pasrah pada keadaan.

5. Menjuarai AFF Saja Tidak Pernah

Jangan muluk-muluk untuk lolos ke Piala Dunia. Untuk lolos ke putaran final Piala Asia saja negara kita sudah susah payah. Oh iya, saya lupa kalau Indonesia belum pernah satu kalipun menjuarai kejuaraan regional terkecil, AFF Cup.

Sebenarnya hal ini tidak bisa dijadikan dasar atas kegagalan kita lolos ke Piala Dunia karena para juara AFF sebelumnya juga belum pernah lolos ke Piala Dunia. Namun setidaknya, hal ini bisa menjadi salah satu faktor pembanding yang tepat. Jika yang lebih hebat dari kita saja tidak bisa lolos, lalu bagaimana dengan kita?

FYI saja, saat ini Indonesia berada di peringkat ke-170 ranking FIFA. Hanya unggul dari Timor Leste, Brunei Darussalam, dan Kamboja.

6. Solidaritas Sesama Negara ASEAN

Setahu saya, ikatan persaudaraan antar negara ASEAN memang cukup erat. Entah itu dari hubungan kerjasama ataupun geografis. Buktinya saja kita pernah memberikan dua pulau kita kepada Malaysia secara gratis.

Mengingat bahwa belum pernah ada satupun negara ASEAN yang lolos ke Piala Dunia setelah kita mengikutinya dengan nama Hindia Belanda, barangkali kita ingin menunjukkan solidaritas sesama negara Asia Tenggara. Selain faktor solidaritas tersebut, negara-negara di ASEAN memang tampak kesulitan untuk menyamai kualitas negara-negara di belahan Asia lainnya. Jangankan di level tim nasional, di level klub saja kita sering dijadikan bulan-bulanan oleh tim dari Timur Tengah ataupun Asia Timur.

7. The Curse Of The Third Round

Jika melihat nomor diatas, maka sepertinya alasan solidaritas tersebut bisa menjadi sesuatu yang memang benar adanya. Bayangkan saja, pada kualifikasi Piala Dunia Brazil 2014, semua negara ASEAN gugur pada putaran ketiga. Apalagi namanya kalau bukan solidaritas?

Kalau mau melihat sejarah, memang tidak ada satupun negara dari Asia Tenggara yang berhasil melangkah melebihi babak kualifikasi putaran ketiga. Karena pada babak ini, kualifikasi dilakukan dengan format grup. Dan sangat terlihat jelas bahwa kita masih sangat kesulitan ketika bertemu dengan negara-negara asal belahan Asia lainnya.

Selain itu, negara-negara kuat memang biasanya langsung lolos secara otomatis ke putaran ketiga. Oleh sebab itu terkadang negara-negara ASEAN masih bisa beruntung dengan bertemu lawan yang seimbang pada putaran kedua.

8. Jepang dan Korea Selatan

Tak perlu bersusah-susah menyamakan diri dengan negara-negara di Eropa. Sampai kiamatpun, keberhasilan kita lolos ke Piala Dunia tidak akan ditentukan oleh hasil pertandingan melawan mereka. Oleh sebab itu, mari kita membandingkan diri dengan dua kekuatan besar Asia, Jepang dan Korea Selatan.

Menurut saya pribadi, jika kita ingin meningkatkan kualitas tim nasional, kita bisa belajar kepada Jepang dan Korea Selatan. Karena selain lebih rasional dan tidak membuang uang lebih banyak, kualitas mereka terbukti berhasil membawa mereka ke Piala Dunia.

Salah satu faktor yang wajib kita lihat adalah kualitas liga milik mereka. Jepang dan Korea Selatan sama-sama memiliki liga profesional yang sangat terorganisir baik itu dari segi keuangan, infrastruktur, hingga pembinaan pemain muda.

Realistisnya, merekalah yang seharusnya kita “kalahkan”. Karena apabila kita tidak mampu melewati kualitas mereka, selamanya mereka akan tetap menjadi wakil dari Asia di ajang Piala Dunia.

9. F*ck You, Australia!

Sebenarnya ada atau tidaknya Australia di zona Asia sih tidak mempengaruhi kelolosan Indonesia ke Piala Dunia. Karena sekalipun kita bertukar posisi dengan mereka di zona Oceania, saya masih meragukan kita akan lolos ke Piala Dunia.

But anyway, jelas keberadaan mereka mengurangi peluang kita secara matematik. Presentase kemungkinan kita lolos jadi tambah mengecil akibat bertambahnya partisipan. Dan kalau mau dilihat secara realistis, jelas kualitas mereka masih jauh berada diatas kita. Jadi kesimpulannya, mereka memang membuat segalanya menjadi semakin berat untuk negara kita. Entah itu untuk lolos ke Piala Dunia, ataupun Piala Asia.

Haduh Australia, bikin susah saja. Ck!

10. Menjadi Tuan Rumah? Hahaha

Ketika satu-satunya cara untuk lolos tanpa kualifikasi sudah tertutup, maka rasanya tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain berdoa dan berharap akan datangnya keajaiban :’)

http://s.unair.ac.id/khalifah1927

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun