6.2. Hasil yang Dicapai dari Implementasi
Implementasi model pendidikan yang dipengaruhi oleh prinsip-prinsip K.H. Dewantara dalam konteks Pendidikan STEM telah memberikan berbagai hasil yang positif. Beberapa sekolah yang mengadopsi model ini telah menunjukkan peningkatan signifikan baik dalam aspek akademis maupun karakter peserta didik.
Pertama, dari sisi akademis, hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang mengintegrasikan filosofi belajar aktif dan kontekstual KI Hadjar dalam pendidikan STEM melihat peningkatan skor uji kompetensi pada mata pelajaran sains, teknologi, teknik, dan matematika. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta memecahkan masalah secara mandiri dan kolaboratif.
Kedua, dalam hal pengembangan karakter, model ini berhasil menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang kuat pada siswa. Prinsip Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang diusung oleh K.H. Dewantara, diimplementasikan dalam program-program STEM yang berfokus pada kerja sama tim, tanggung jawab, dan disiplin. Siswa didorong untuk tidak hanya unggul dalam akademik tetapi juga memiliki kepribadian yang berintegritas.
Selain itu, penerapan pendekatan praktis dan kontekstual dalam pendidikan STEM juga telah meningkatkan minat dan motivasi siswa. Pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan diterapkan melalui proyek-proyek nyata membuat siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar. Dampaknya, siswa tidak hanya memahami konsep-konsep teoretis, tetapi juga mampu menerapkannya dalam situasi nyata, yang mana sangat berharga di era digital saat ini.
Secara keseluruhan, hasil implementasi model pendidikan KI Hadjar dalam konteks STEM tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga mengembangkan karakter peserta didik yang holistik. Prestasi ini menunjukkan bahwa pendekatan yang menggabungkan filosofi pendidikan dan metode modern bisa menciptakan generasi muda yang kompeten dan berakhlak mulia.
7. Tantangan dan Solusi
Penerapan pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)Â di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan yang kompleks. Kendala-kendala ini dapat berupa faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi efektivitas pengajaran dan pembelajaran STEM di berbagai jenjang pendidikan. Mengidentifikasi dan memahami tantangan-tantangan ini merupakan langkah awal yang krusial dalam mencari solusi yang efektif.
Salah satu tantangan utama dalam penerapan pendidikan STEM adalah keterbatasan sumber daya yang tersedia di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Kekurangan infrastruktur, seperti laboratorium dan perangkat teknologi yang memadai, menjadi hambatan signifikan. Selain itu, kurangnya tenaga pengajar yang terlatih dan memiliki kompetensi dalam bidang STEM turut memperparah situasi.
Tantangan berikutnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya pendidikan STEM bagi pengembangan kemampuan kritis dan kreatif siswa. Banyak pihak, termasuk orang tua dan pengelola sekolah, yang masih beranggapan bahwa mata pelajaran konvensional lebih penting, sehingga alokasi waktu dan dana untuk program STEM sering kali minim.
Adanya kurikulum yang belum sepenuhnya terintegrasi juga mengakibatkan pelaksanaan pendidikan STEM tidak optimal. Kurikulum yang ada sering kali belum mendukung pengajaran interdisipliner yang menjadi inti dari pendekatan STEM. Akibatnya, siswa tidak dapat merasakan manfaat maksimal dari pembelajaran yang holistik dan kontekstual.