Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pendidikan STEM Menurut Ki Hadjar Dewantara

27 Juli 2024   09:19 Diperbarui: 27 Juli 2024   09:29 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Konsep Pendidikan oleh KI Hadjar

K.H. Dewantara, yang juga dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, adalah salah satu tokoh pendidikan terkemuka di Indonesia. Ia dikenal karena pemikiran-pemikirannya yang revolusioner dan filosofinya yang mendalam mengenai pendidikan. Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara sangat menekankan pada pengembangan karakter serta kemandirian individu dalam kerangka budaya dan nilai-nilai Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus menjadi proses yang holistik, yang tidak hanya berfokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga mencakup perkembangan emosional, sosial, dan spiritual. Dalam pandangan Ki Hadjar, pendidikan adalah sarana untuk membangun manusia seutuhnya, yang mampu menyumbangkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.

Salah satu prinsip fundamental dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah teori "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani." Dalam bahasa Indonesia, prinsip ini berarti "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan." Prinsip ini menegaskan pentingnya peran guru dan pendidik dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik dengan penuh kasih sayang dan teladan yang baik.

Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan berbasis kebudayaan dan kearifan lokal. Ia percaya bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan tradisi setempat dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk membentuk jati diri dan identitas bangsa yang kuat serta mampu bersaing di kancah global tanpa kehilangan akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara ini masih sangat relevan dan menjadi inspirasi dalam pengembangan kurikulum modern, terutama dalam konteks pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang sedang berkembang pesat saat ini.

3.1. Filosofi Pendidikan

Filosofi pendidikan yang dianut oleh K.H. Dewantara, yang lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, berakar pada prinsip-prinsip kearifan lokal dan kemanusiaan universal. Sebagai tokoh pendidikan yang berpengaruh di Indonesia, Ki Hadjar memiliki pandangan bahwa pendidikan haruslah memanusiakan manusia, atau dikenal dengan istilah "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Artinya, seorang pendidik di depan harus memberi teladan, di tengah harus memberi semangat, dan di belakang harus memberikan dorongan.

Ki Hadjar menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mengembangkan aspek intelektual, tetapi juga moral dan karakter. Menurutnya, pendidikan harus bisa memerdekakan manusia dari kebodohan dan keterbatasan, serta membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki potensi unik yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan budaya setempat.

Selain itu, Ki Hadjar juga mengedepankan konsep pendidikan yang bersifat "kontekstual," di mana kurikulum dan metode pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Ia menyoroti pentingnya pendidikan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan mampu menjawab tantangan zaman. Oleh karena itu, pendekatan pendidikan yang diterapkan harus fleksibel dan adaptif, tidak kaku dan normatif.

Dalam implementasinya, filosofi Ki Hadjar sangat mengutamakan partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran. Ia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang untuk bereksplorasi, berkreasi, dan berinovasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan berpikir kritis mereka. Pendidikan harus menjadi alat yang membebaskan pikiran, bukan sekadar sarana untuk mengisi kepala dengan pengetahuan belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun