Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Cinta dalam Dialog 'Symposium' Plato

24 Juli 2024   16:00 Diperbarui: 24 Juli 2024   16:07 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dialog 'Symposium', Plato melalui karakter Diotima, seorang perempuan bijaksana, mengajukan konsep tangga cinta atau Ladder of Love. Ini merupakan serangkaian tahapan yang harus dilalui individu untuk mencapai esensi cinta yang lebih tinggi dan rohaniah.

Ladder of Love dimulai dengan cinta terhadap keindahan jasmani. Pada tahap ini, seseorang tertarik pada fisik seseorang yang menarik. Selanjutnya, individu tersebut belajar mengenali bahwa keindahan fisik ada pada banyak orang, sehingga cinta mulai beralih dari satu individu ke banyak individu.

Setelah itu, cinta berkembang menjadi apresiasi terhadap keindahan jiwa. Pada titik ini, seseorang mulai menghargai kepribadian, moralitas, dan kebijaksanaan orang lain, bukan semata-mata penampilan mereka. Tahap selanjutnya mengarah pada cinta terhadap aktivitas berpikir dan pengetahuan, di mana individu menikmati kecantikan konsep-konsep dan ide-ide yang lebih mendalam.

Pada puncak tangga cinta, individu mencapai cinta terhadap bentuk keindahan yang murni dan universal. Ini adalah bentuk cinta tertinggi yang disebut cinta terhadap kebaikan yang mutlak, yang melampaui semua manifestasi jasmani dan kebendaan, dan menuju kepada pemahaman yang mendalam tentang hakikat dan esensi cinta itu sendiri.

4. Keutamaan dan Tujuan Cinta

Dalam dialog 'Symposium' karya Plato, cinta didefinisikan tidak hanya sebagai perasaan atau emosional, tetapi sebagai kekuatan yang mendalam dan transformatif. Cinta memiliki beberapa keutamaan dan tujuan yang signifikan, yang memengaruhi aspek-aspek kehidupan manusia. Salah satu keutamaan utama adalah bahwa cinta dianggap sebagai penggerak kebaikan dan dorongan menuju pencapaian diri yang lebih tinggi.

Plato melalui tokoh Socrates mengajarkan bahwa cinta adalah jalan untuk mencapai kebijaksanaan dan kebaikan sejati. Cinta di sini tidak hanya terbatas pada hubungan romantis atau fisik, tetapi mencakup cinta universal terhadap kebenaran dan keindahan. Tujuan cinta adalah mendorong manusia untuk mencari kebajikan dan mencapai harmoni dalam jiwa dan kehidupan mereka.

Lebih jauh lagi, cinta dalam konteks 'Symposium' juga dilihat sebagai sarana untuk menghormati dan mengapresiasi nilai kemanusiaan. Dengan memahami cinta dalam dimensi yang lebih luas, kita bisa mengembangkan rasa empati, keharmonisan sosial, dan perspektif filosofis yang mendalam tentang kehidupan.

4.1 Cinta sebagai Penggerak Kebaikan

Cinta, menurut pandangan dalam dialog 'Symposium' karya Plato, memiliki potensi besar sebagai kekuatan yang mendorong kebaikan dalam kehidupan manusia. Socrates menjelaskan bahwa cinta bukan sekadar perasaan, tetapi merupakan dorongan yang dapat membawa seseorang untuk mencapai kebajikan dan kebaikan tertinggi.

Dalam dialog ini, Socrates mengungkapkan bahwa cinta membawa manusia menuju pencarian keindahan yang murni, bukan hanya pada tingkat fisik semata, tetapi juga pada tingkat rohaniah dan intelektual. Melalui cinta, individu terdorong untuk mengembangkan diri dan memperbaiki karakter mereka, karena cinta menuntut mereka untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang lebih mulia dan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun