Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Cinta ala Erich Fromm: Menggali Makna & Implementasi

19 Juli 2024   11:46 Diperbarui: 19 Juli 2024   14:58 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa hormat ini juga mencakup pemahaman bahwa setiap individu memiliki nilai dan makna sendiri yang harus dihargai. Dengan demikian, rasa hormat memungkinkan adanya ruang untuk kebebasan dan pertumbuhan pribadi, baik bagi diri sendiri maupun orang yang dicintai. Tanpa rasa hormat, cinta akan berujung pada kepemilikan atau dominasi, yang pada akhirnya merusak esensi dari cinta itu sendiri.

3.4 Pengetahuan

Menurut Erich Fromm, pengetahuan adalah elemen kunci dalam cinta sejati. Pengetahuan di sini bukan hanya sekadar mengetahui fakta-fakta atau informasi tentang orang yang dicintai, tetapi lebih dalam dari itu; ia mencakup pemahaman yang mendalam tentang perasaan, pikiran, dan kebutuhan pasangan. Fromm menekankan bahwa pengetahuan ini harus didasari oleh empati dan perhatian yang tulus, bukan sekadar pengamatan pasif.

Kemampuan untuk mengenal dan memahami pasangan secara mendalam ini memungkinkan individu untuk memberikan dukungan yang lebih efektif dan relevan, meningkatkan kualitas hubungan. Cinta yang dilandasi pengetahuan juga membantu dalam mengatasi berbagai konflik dan kesalahpahaman, karena adanya pemahaman yang lebih baik terhadap perspektif pasangan. Dengan demikian, pengetahuan menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk hubungan yang harmonis dan berkelanjutan.

4. Tantangan dalam Mewujudkan Cinta Sejati

Perwujudan cinta sejati bukanlah proses yang mudah dan mulus. Dalam perspektif Erich Fromm, cinta sejati membutuhkan usaha, komitmen, dan pemahaman mendalam. Namun, berbagai tantangan sering kali menjadi penghalang dalam mencapai tujuan ini. Kondisi sosial dan budaya modern turut ikut berperan dalam memperumit situasi. Misalnya, ada kendala dari aspek konsumerisme yang cenderung mereduksi nilai-nilai cinta menjadi transaksi ekonomi, serta pola pikir individualisme yang mengedepankan kepentingan pribadi di atas segala-galanya.

Selain itu, egoisme dan kurangnya pemahaman mendalam mengenai makna cinta juga menjadi faktor signifikan yang menghambat perkembangan cinta sejati. Ketidakmampuan untuk keluar dari cangkang ego dan memahami kebutuhan serta keinginan pasangan dapat mengakibatkan hubungan yang tidak seimbang dan penuh konflik. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dengan kehendak yang kuat dan kesadaran akan nilai-nilai esensial dalam cinta sejati.

4.1 Konsumerisme dan Individualisme

Dalam era modern, fenomena konsumerisme dan individualisme menjadi tantangan signifikan dalam mewujudkan cinta sejati. Konsumerisme, dengan dorongan untuk selalu menginginkan lebih dan membelanjakan tanpa henti, sering kali menyebabkan orang menyamakan cinta dengan akuisisi materi. Cinta, dalam hal ini, dipandang sebagai sesuatu yang dapat dibeli atau dikonsumsi, mengikis makna asli yang diuraikan oleh Erich Fromm.

Selain itu, individualisme mendorong fokus pada pencapaian pribadi dan kebebasan individu, seringkali dengan mengabaikan hubungan dan tanggung jawab sosial. Ketika individu lebih memprioritaskan kebutuhan dan keinginan pribadi, kemampuan untuk benar-benar mencintai—yang menurut Fromm memerlukan perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan—menjadi terhambat. Konsumerisme dan individualisme, dengan demikian, membentuk hambatan budaya dan psikologis yang dapat menghalangi pengembangan cinta yang autentik dan mendalam.

4.2 Egoisme dan Kurangnya Pemahaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun