Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Potensi: Membangun Literasi Sekolah untuk Pembelajaran Seumur Hidup

21 Maret 2024   09:03 Diperbarui: 21 Maret 2024   09:09 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstraksi

 

Kurangnya minat baca dan menulis dalam diri siswa telah menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam pelajaran, takut untuk mengemukakan pendapat, dan sulit dalam memimpin doa. Selain itu, kemampuan berpikir yang lambat dan mudah lupa terhadap penjelasan juga menjadi masalah ketika menjawab ujian. Akar permasalahan ini adalah kurangnya literasi, yang mencakup kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan memahami informasi, yang sangat penting dalam semua mata pelajaran. Untuk mengatasi masalah ini, perlu meningkatkan literasi di sekolah dengan tujuan agar siswa lebih aktif dalam membaca dan menulis, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

Tulisan ini merupakan pengalaman saya sebagai guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMP kelas VII, VIII, dan IX, yakni dari tahun 2018 sampai 2021. Selama periode ini, saya menemukan berbagai persoalan, seperti kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, rasa takut untuk berpendapat, dan ketidakmampuan siswa dalam berpikir kritis dan kreatif saat menjawab soal-soal ujian. Permasalahan ini tidak hanya dirasakan oleh saya sendiri, tetapi juga menjadi keluhan semua guru setelah masa pandemi Covid-19. Di balik masalah ini terdapat akar permasalahan, yaitu kurangnya minat baca dan menulis dalam diri siswa. Literasi memiliki peran penting dalam semua mata pelajaran, dan peningkatan literasi di sekolah menjadi tujuan utama agar siswa lebih aktif membaca dan menulis. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat.

Pada awalnya, saya dipercayakan oleh sekolah untuk mengajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMP kelas VII, VIII, dan IX dari tahun 2018 sampai 2021. Selama periode ini, saya menemukan persoalan di mana siswa kurang aktif dalam pelajaran, takut salah dalam mengemukakan pendapat dan bahkan ada yang tidak berani memimpin doa. Selain itu, kebanyakan siswa memiliki kemampuan berpikir yang lambat dan cenderung mudah lupa terhadap penjelasan yang saya lakukan secara berulang kepada mereka. Hal ini nampak ketika menjawab ujian hanya secara singkat dan tidak mampu menjelaskan soal-soal uraian yang membutuhkan tanggapan pribadi siswa itu sendiri. Siswa tidak mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menjawab soal-soal ujian. Pengalaman mengenai keadaan siswa semacam ini bukan hanya saya yang mengalaminya, melainkan semua guru juga mengeluhkan hal yang sama. Hal ini dikeluhkan oleh semua guru di awal tatap muka paska pandemi Covid-19.

Akar permasalahan dari semuanya ini adalah kurangnya minat baca dan menulis dalam diri siswa. Membaca dan menulis adalah bagian dari literasi yang memiliki peran penting dalam semua mata pelajaran. Literasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara, dan memahami informasi dalam berbagai konteks kehidupan. Untuk itu, litersai di sekolah perlu ditingkatkan. Tujuan utamanya adalah agar siswa lebih banyak membaca dan menulis, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah masyarakat.

            Pada awal tahun 2022, akhirnya saya diberikan tugas lain sebagai Staf Tata Usaha Bidang Multimedia dan Koordinator Literasi Sekolah. Di saat itulah, saya memulai usaha untuk mendorong siswa dan guru agar membiasakan diri dalam kegiatan membaca dan menulis. Dengan langkah ini, diharapkan wawasan guru dan siswa dapat berkembang dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.   

Dalam mengembangkan literasi di sekolah, saya menghadapi beberapa kendala antara lain sebagai berikut: 1) Rendahnya minat baca dan menulis dalam diri siswa; 2) Ketersediaan buku bacaan sastra di perpustakaan yang kurang memadai; 3) Kurangnya penataan lingkungan fisik sekolah yang kaya akan teks sehingga tidak mampu menarik minat dan memberikan kenyamanan membaca; 4) Kekurangan strategi pembelajaran dari guru yang dapat memperkuat keterampilan literasi siswa; 5) Beberapa Guru enggan untuk menulis dengan alasan bahwa menulis karya ilmiah bukan merupakan tugas mereka; 6) Selain itu, saya juga menghadapi "penolakan" dari beberapa guru karena mereka menganggap bahwa usaha tersebut akan menambah beban kerja bagi mereka.

Walaupun demikian, telah menjadi tugas dan tanggung jawab saya sebagai seorang guru untuk meningkatkan pemahaman, berpikir kreatif, dan kritis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Saya bertekad untuk menanamkan budaya literasi di sekolah guna mencapai tujuan tersebut.

Menyadari akan pentingnya membudayakan literasi sejak dini di lingkungan sekolah dalam menciptakan generasi muda yang kritis, kreatif dan inovatif, maka saya melakukan beberapa strategi atau tahapan sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan Belajar

1. Bersama sekolah mengarahkan siswa untuk membaca bacaan apapun selama 15 menit setiap pagi sebelum pelajaran dimulai

2. Membuat Pohon Literasi yang tidak hanya berisi informasi tentang unsur buku, tetapi juga mengajak murid untuk menulis ulasan singkat tentang buku tersebut, dengan kompleksitas tulisan yang disesuaikan dengan jenjangnya.

3. Menciptakan mading kelas yang berfungsi untuk memuat dan memajang kreativitas siswa berupa Puisi, Cerpen, Pantun, dan sejenisnya.

4. Menata dan melengkapi perpustakaan agar dapat membantu menumbuhkan minat baca serta mendorong kemandirian murid dalam belajar. Guru juga memberikan pengalaman belajar di mana murid mencari informasi secara mandiri, sehingga mereka terbiasa untuk datang ke perpustakaan.

5. Mengadakan lomba menulis dalam rangka peringatan hari-hari besar Nasional, seperti HUT RI, Hari Guru, Sumpah Pemuda, dan sebagainya.

6. Membuat sudut baca kelas yang menarik dan disusun dengan rapi, berfungsi untuk menyimpan koleksi buku-buku guna mendorong minat baca murid.

7. Proses meningkatkan literasi di sekolah harus dimulai dari diri para guru, yakni dengan mengadakan lomba membuat atikel ilmiah. Dari sini, para guru memahami konsep literasi dengan baik dan mengimplementasikannya sebagai strategi pembelajaran di kelas, yang pada gilirannya akan memperkuat literasi siswa.

8. Siswa diajak untuk menulis sastra yang dapat dimulai dengan mengekspresikan hal-hal yang paling dekat dengan diri mereka sendiri, seperti pengalaman pribadi. Menulis secara bebas diperlukan untuk memulai proses kreatif penulisan, sehingga para penulis merasa bebas untuk mengekspresikan diri dan menemukan keasyikan dalam menulis. Ide kreatif para siswa bisa dalam bentuk cerpen maupun puisi.

9. Hasil kreativitas siswa yang tertuang dalam bentuk tulisan kemudian dipajang di mading kelas. Selanjutnya, tulisan-tulisan tersebut diseleksi dan ditambah dengan karya-karya lain dari hasil lomba, lalu diedit untuk diterbitkan.

B. Tahap Pelaksanaan Projek

1. Dalam meningkatkan daya pikir siswa yang kritis dan kereatif, serta meningkatkan kompetensi guru, maka saya memberikan projek menulis dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

2. Mensosialisasikan program literasi kepada siswa dan guru melalui rapat guru, pengumuman saat apel pagi dan melalui madding kelas.

3. Kemudian saya memberikan projek menulis dengan rentang waktu satu bulan kepada siswa untuk menyelesaikan karyanya, baik berupa puisi maupun cerpen yang telah disepakati bersama. Sedangkan projek menulis bagi guru, kami sepakati bersama untuk menulis artikel ilmiah yang akan diperlombakan pada saat peringatan hari guru dan jurinya berasal dari Dinas Pendidikan Wilayah I Sumatera Utara.

4.  Hasil tulisan siswa dan guru kemudian dinilai dan diumumkan juaranya pada perayaan Hari Guru ke-77

5. Setelah itu, hasil karya siswa  dan guru saya kumpulkan, lalu mulai melakukan pengeditan naskah dan Layout.

6. Setelah proses editing dan layout, naskah dikirimkan ke penerbit.

7. Proses pengiriman naskah ke penerbit sampai buku terbit memerlukan waktu selama 2 Minggu untuk karya siswa dan 3 bulan untuk karya ilmiah guru

Dalam upaya meningkatkan literasi sekolah ini, akhirnya kami berhasil menerbitkan 5 buku yang terdiri dari 4 buku sastra hasil karya siswa SMP dan SMA, serta 1 buku karya ilmiah yang ditulis oleh guru-guru. Berikut ini adalah contoh buku yang telah berhasil kami terbitkan.

Doc. Satu Padu Boarding School
Doc. Satu Padu Boarding School
Doc. Satu Padu Boarding School
Doc. Satu Padu Boarding School

Melalui Progran Gerakan Sekolah Menulis Buku, SMP -- SMA Satu Padu Boarding School masuk sekolah aktif Literasi Nasional sejak tahun 2021. Selain itu, kami juga berhasil dan ikut memecahkan 3 rekor MURI bersama Nyalanesia, yakni Sebagai Kontributor Peluncuran Buku Fiksi dan Non Fiksi Terbanyak Tahun 2021 dan Pelatihan Menulis Guru dan Siswa di Sekolah Terbanyak Tahun 2022, serta saya masuk 30 Nominasi Adi Acarya Award dari 1.422 Peserta "Akademisi Menulis Buku" yang diselenggarakan oleh Nyalanesia sejak Januari 2022 -- Desember 2022. Dengan adanya Buku yang terbit, siswa semakin termotivasi dan antusias untuk mengabadikan karyanya dalam tulisan yang diterbitkan.

Dari program Literasi Sekolah yang telah kami terapkan, akhirnya terlihat adanya perubahan yang signifikan menuju arah yang lebih positif, seperti kreativitas siswa semakin meningkat, terutama dalam mengekspresikan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan, nilai ujian siswa juga mengalami peningkatan, siswa semakin berani untuk berbicara dan mengemukakan pendapat mereka karena mereka mulai kaya dengan kosa kata yang membuat mereka berani untuk berbicara dan merasa bangga karena mendapatkan pengakuan dan apresiasi atas hasil karya mereka. Selain itu, nama sekolah, siswa dan guru penulis semakin dikenal luas berkat karya-karya siswa yang terwujud dalam bentuk buku yang diterbitkan dan adanya peningkatan pada Rapor Pendidikan Sekolah, terutama dalam bidang Literasi dan Numerasi. Semua perubahan ini telah menimbulkan kesadaran akan pentingnya literasi di sekolah sebagai salah satu bentuk pembelajaran sepanjang hayat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun