Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Apakah Guru Kita Juga Merdeka?

16 Januari 2024   12:12 Diperbarui: 16 Januari 2024   12:20 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design, dokpri

Persoalan kebebasan selalu menjadi topik krusial dalam dunia pendidikan, khususnya dengan diterapkannya kurikulum 'Merdeka Belajar' di Indonesia. Meskipun kurikulumnya sendiri dirancang untuk mendorong pembelajaran mandiri dan berpikir kritis, masih ada pertanyaan mengenai tingkat kebebasan yang dimiliki guru kita. Apakah mereka bebas mengajar dan berinovasi di kelas, atau apakah mereka masih terikat dengan metode pengajaran yang sudah ketinggalan zaman dan pedoman yang ketat?

Memahami Kurikulum 'Merdeka Belajar'

Mari kita mendalami kurikulum 'Merdeka Belajar', sebuah istilah yang diterjemahkan menjadi 'Belajar Mandiri'. Tujuan inti dari pendekatan inovatif ini adalah untuk keluar dari batasan pembelajaran hafalan dan sebaliknya, mengembangkan pengalaman pendidikan yang lebih menyeluruh. Hal ini bertujuan untuk memicu pemikiran kritis, merangsang kreativitas, dan menumbuhkan lingkungan belajar yang menempatkan siswa sebagai pemimpin.

Namun agar kurikulum benar-benar berkembang, hal ini tidak bisa dilakukan secara mandiri. Hal ini bergantung pada mereka yang berada di garis depan pendidikan - yaitu para guru kita. Untuk memungkinkan siswa memperoleh manfaat maksimal dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, kebebasan untuk berinovasi, bereksperimen, dan menyesuaikan metode pengajaran mereka harus berada di tangan para pendidik. Oleh karena itu, meskipun kurikulum 'Merdeka Belajar' menentukan jalannya pembelajaran, gurulah yang menggerakkan wadah tersebut, mengarahkan siswanya menuju perjalanan pembelajaran yang lebih menarik dan holistik.

Kondisi Kebebasan Guru Saat Ini

Di tengah evolusi menuju kurikulum 'Merdeka Belajar', penting untuk menganalisis realitas yang dihadapi guru kita sehari-hari. Banyak dari mereka mendapati diri mereka berada dalam kerangka yang kaku, sayap mereka terpotong oleh keharusan untuk tetap berpegang pada metode pengajaran tradisional dan pedoman standar. Mereka sering terjebak dalam tarik-menarik pedagogis, harus berpegang teguh pada buku teks yang ditentukan, dan pada saat yang sama juga mencoba memasukkan inovasi ke dalam pengajaran mereka.

Sayangnya, struktur yang teratur ini membatasi kemampuan mereka untuk mewujudkan esensi kurikulum 'Merdeka Belajar'. Dengan terhambatnya naluri kreatif mereka, potensi mereka untuk menata ulang pendidikan dan menjadikannya lebih interaktif sebagian besar masih belum dimanfaatkan. Kurangnya otonomi dapat membuat mereka merasa terkekang, tidak mampu melepaskan diri dari kebiasaan dan menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar mendalam.

Terlebih lagi, perampasan kebebasan ini melampaui batas-batas ruang kelas. Dampaknya dirasakan di seluruh dunia pendidikan, berdampak pada kualitas pendidikan secara keseluruhan dan efektivitas kurikulum 'Merdeka Belajar'. Skenario ini memberikan gambaran nyata mengenai ketegangan antara cita-cita kurikulum pembelajaran mandiri dan realitas otonomi guru dalam iklim pendidikan saat ini.

Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas dampak dari kendala-kendala ini terhadap penerapan kurikulum 'Merdeka Belajar', dan mengeksplorasi solusi potensial untuk meningkatkan kebebasan guru, dan menempatkan mereka sebagai penggerak dalam perjalanan pembelajaran.

Dampak Kendala Guru Terhadap Kurikulum Baru

Ketika para pendidik terbelenggu oleh pembatasan, tujuan kurikulum 'Merdeka Belajar' mungkin akan menemui jalan buntu. Peralihan dari kerangka kerja yang berfokus pada pendidik ke kerangka kerja yang berfokus pada peserta didik menghadapi tantangan yang signifikan tanpa adanya keleluasaan yang diperlukan bagi pendidik untuk bereksperimen dan menerapkan beragam strategi pengajaran. Tidak adanya fleksibilitas dan ruang untuk berkembang mungkin mendorong para pendidik untuk menggunakan metodologi konvensional, sehingga secara tidak sengaja merusak etos pemikiran ke depan dari kurikulum baru.

Dinamika ruang kelas berubah, dengan dikompromikannya pendekatan kurikulum 'Merdeka Belajar' yang inovatif dan berpusat pada siswa. Dalam teka-teki ini, guru terjebak antara dorongan menuju pembelajaran mandiri dan hambatan pengajaran tradisional. Akibatnya, kekayaan pengalaman belajar yang dimaksudkan dalam kurikulum baru terancam. Siswa mungkin tidak sepenuhnya memperoleh manfaat dari pendekatan progresif ini, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

Tanpa kebebasan untuk menyesuaikan metode pengajarannya, pendidik tidak akan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan interaktif yang menjadi tulang punggung pendekatan 'Merdeka Belajar'. Alih-alih menumbuhkan lingkungan yang menginspirasi rasa ingin tahu, pemikiran kritis, dan kreativitas, kendala-kendala tersebut justru dapat melanggengkan budaya belajar pasif. Visi yang menarik tentang perjalanan pembelajaran yang mandiri dan mandiri mungkin akan tertutupi oleh pembatasan yang berlaku terhadap para pendidik kita.

Situasi yang membatasi ini pada akhirnya menyurutkan semangat dan potensi kurikulum 'Merdeka Belajar'. Hal ini menggambarkan kebutuhan mendesak untuk mengatasi kendala-kendala ini, untuk memastikan bahwa guru-guru kita dapat dengan bebas menavigasi dan menerapkan kurikulum baru secara optimal, tanpa melupakan tujuan intinya. Hanya dengan cara ini kita dapat benar-benar menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran yang bermakna dan mandiri, yang pada akhirnya akan membuka potensi penuh kurikulum 'Merdeka Belajar'.

Langkah-Langkah Membebaskan Guru

Mengambil langkah-langkah untuk membebaskan guru memerlukan perubahan menyeluruh dalam cara kita memandang dan mendekati pendidikan. Ini bukanlah perjalanan yang bisa diselesaikan dalam semalam. Sebaliknya, hal ini merupakan proses bertahap dan berkelanjutan yang memerlukan komitmen teguh dari semua pihak yang terlibat. Kita harus menempatkan guru sebagai pusat transformasi ini, membekali mereka dengan alat dan kepercayaan diri yang mereka butuhkan untuk menghidupkan prinsip-prinsip kurikulum 'Merdeka Belajar'.

Perjalanan pembebasan ini harus didorong oleh pengembangan profesional yang berkelanjutan, menumbuhkan budaya di mana para pendidik tidak hanya diizinkan tetapi juga didorong untuk bereksperimen dan menyesuaikan metode pengajaran mereka. Lingkungan pengajaran perlu berevolusi menjadi ruang yang lebih kolaboratif, tempat guru dan siswa saling belajar, melepaskan diri dari hierarki guru-siswa yang konvensional.

Kunci dari proses ini adalah pengurangan tugas-tugas administratif yang berlebihan yang sering kali menghambat kerja guru. Dengan membebaskan guru dari beban birokrasi yang berlebihan, mereka akan memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk dicurahkan pada tugas utamanya -- mengajar. Selain itu, guru harus didukung dalam upaya mereka mencapai pengembangan profesional. Lokakarya rutin, sesi pelatihan, dan program pertukaran dapat menawarkan kesempatan kepada guru untuk memperoleh keterampilan baru, mengikuti tren pendidikan, dan bertukar praktik terbaik.

Transformasi menuju lingkungan pembelajaran yang mendorong inovasi harus dipromosikan. Dengan menyediakan sumber daya dan teknologi yang diperlukan bagi guru, kita dapat mendorong mereka untuk menerapkan metode pengajaran yang modern dan dinamis. Metode-metode ini dapat memperkuat suasana kelas, menjadikan pembelajaran lebih menarik dan interaktif, dan oleh karena itu, lebih kondusif bagi pembelajaran mandiri.

Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan ini tidak semata-mata bergantung pada perubahan kebijakan. Hal yang sama juga terjadi pada pergeseran budaya dalam institusi pendidikan. Lingkungan yang mendukung dan terbuka di mana ide-ide inovatif dirayakan, bukan dibatasi, merupakan hal yang mendasar.

Intinya, pembebasan guru memerlukan pendekatan menyeluruh, yang memerlukan upaya konsisten, perubahan kebijakan, dan perubahan pola pikir. Walaupun jalannya mungkin penuh tantangan, hasilnya -- sebuah lingkungan belajar yang benar-benar mewujudkan prinsip-prinsip 'Merdeka Belajar' -- pasti akan membuahkan hasil.

Peran Pemerintah dan Institusi Pendidikan

Orkestrasi simfoni besar perubahan pendidikan ini tidak lengkap tanpa peran penting pemerintah dan lembaga pendidikan. Entitas-entitas ini memiliki kekuatan untuk memperkuat atau meredam dampak transformasi ini, dan berfungsi sebagai tulang punggung sistem. Merekalah yang meletakkan dasar bagi infrastruktur, menciptakan lapangan bermain di mana para guru dapat bereksperimen dan berinovasi.

Kebijakan pemerintah bisa menjadi angin di bawah sayap guru atau rantai yang mengikat mereka. Penting untuk merancang hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengangkat semangat para pendidik dan bukannya membebani mereka. Untuk mewujudkan hal ini, pengurangan tugas-tugas administratif yang memakan waktu dan mengalihkan perhatian guru dari peran utama mereka dalam mengajar harus diprioritaskan. Pada saat yang sama, dukungan yang berarti bagi pengembangan profesional guru sangatlah penting. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pendanaan yang konsisten untuk lokakarya pelatihan, program pertukaran, dan sumber daya yang menjaga agar para pendidik selalu mengikuti tren dan teknologi terkini di bidang pendidikan.

Namun, pengaruh pemerintah tidak hanya terbatas pada pembuatan kebijakan. Peran utama pemerintah terletak pada menciptakan lingkungan yang kondusif bagi metode pengajaran yang inovatif. Dengan memperjuangkan budaya yang menjunjung tinggi kreativitas dan eksperimentasi dalam pendidikan, pemerintah dapat membantu menciptakan lahan subur dimana benih-benih kurikulum 'Merdeka Belajar' dapat berakar dan berkembang.

Sebaliknya, institusi pendidikan berfungsi sebagai lingkungan langsung di mana kurikulum ini diterapkan. Oleh karena itu, mereka memikul tanggung jawab besar dalam memupuk budaya yang menghargai inovasi dan pemikiran mandiri. Mereka harus bersedia untuk menjauh dari paradigma tradisional dan menerima perubahan, mendorong guru untuk mengambil kendali dan bereksperimen dengan metode pengajaran yang dinamis.

Menciptakan suasana di mana ide-ide bebas mengalir dan dieksplorasi dapat menginspirasi guru untuk melampaui batas-batas mereka, memperkuat pendekatan pengajaran mereka, dan benar-benar mewujudkan prinsip-prinsip kurikulum 'Merdeka Belajar'. Seperti yang mereka katakan, perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan. Dan dalam konteks lanskap pendidikan yang terus berkembang, pemerintah dan lembaga pendidikanlah yang harus memimpin dan melakukan perubahan yang ingin kita lihat.

Perjalanan Menuju Guru 'Merdeka'

Memulai perjalanan menuju guru yang benar-benar 'Merdeka' bukanlah pekerjaan mudah. Perjalanan ini melampaui bidang amandemen kebijakan dan merambah ke bidang perubahan pola pikir terhadap pedagogi dan pembelajaran. Keberhasilan dalam upaya ini membutuhkan kesatuan, koalisi pemangku kepentingan -- pendidik, siswa, orang tua, administrator, dan badan pemerintah, yang semuanya bekerja secara harmonis menuju tujuan yang sama. Tekad dan komitmen yang teguh akan menjadi bintang penuntun kami dalam perjalanan ini. Dengan kurikulum 'Merdeka Belajar', kita telah berlayar ke arah yang benar. Namun, angin transformasi hanya akan mendapatkan momentum ketika para pendidik kita sebebas kurikulum yang mereka coba wujudkan. Kami menantikan hari ketika lagu kebebasan bergema di setiap ruang kelas, sebuah simfoni pembelajaran yang diaransemen oleh guru-guru 'Merdeka' kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun