Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Fotografer, Conten Creator

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi #2

12 Januari 2024   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2024   13:34 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAF5o8WFmSM/2ar4O4cUkENGIkdogVw7QA/edit?ui=eyJHIjp7fX0&continue_in_browser=true

"Besok, Hendrik," katanya lembut pada dirinya sendiri, "aku akan mengungkap lapisan lain dari teka-teki ini."

"Setiap cangkir," renungnya sambil menyaksikan tangan cekatan sang barista menciptakan mahakarya lainnya, "adalah sebuah cerita yang menunggu untuk dinikmati."

Jari-jarinya menelusuri tepi cangkirnya yang kosong, merasakan sisa panas yang menandakan isinya baru-baru ini. Setiap tegukan merupakan sebuah langkah menuju jalan yang baru mulai ia pahami—sebuah perjalanan tidak hanya melalui dunia kopi yang luas namun juga memasuki kedalaman semangatnya sendiri.

“Ah, Aditya,” terdengar suara Hendrik dengan aksen yang sepertinya tidak ada di sana-sini, “kamu sepertinya siap memulai perjalanan besar.”

Aditya mengangguk, matanya bersinar karena tekad. "Ya, benar. Tapi saya bertanya-tanya... akankah saya benar-benar memahami esensi kopi, atau apakah ini sebuah eksplorasi tanpa batas?"

“Bukankah itu indahnya?” Jawab Hendrik dengan senyum samar tersungging di bibirnya. "Semakin banyak kamu mencari, semakin banyak yang dapat ditemukan."

Pada saat itu, Aditya memahami bahwa setiap metode penyeduhan memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap kehidupan, setiap asal muasal biji menawarkan pengalaman baru, dan setiap aroma merupakan cerminan dari beragamnya nuansa kehidupan.

"Ini untuk perjalanan ke depan," bisik Aditya sambil mengangkat cangkirnya sambil bersulang tanpa suara untuk masa depan.

Ketika dia meninggalkan hiruk-pikuk kedai kopi, bunyi lembut pintu sepertinya menyanyikan janji akan penemuan yang akan datang. Udara malam membelai wajahnya, membawa aroma kopi yang samar-samar bercampur dengan segudang aroma kota. Aditya melangkah ke jalanan yang gelap, jantungnya berdebar kencang seirama dengan denyut kehidupan di sekelilingnya, menantikan fajar saat ia akan kembali.

Maka, dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan dan jiwa yang mendambakan pencerahan, Aditya Wirawan memberanikan diri memasuki malam beludru. Rahasia apa yang akan diungkap oleh biji kopi sederhana itu? Hikmah apa yang tersembunyi dalam uap yang mengepul dari espresso yang diseduh dengan sempurna? Jawaban-jawaban tersebut tetap terselubung dalam misteri cerah masa depan yang menenangkan.

Bersambung ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun