Hingga suatu hari, Asmoro bertemu Marsha, seorang perempuan dewasa yang memiliki zodiak, lahir di tahun yang sama, dan sama-sama memiliki minat yang sama, yaitu menulis. Hanya saja, jika Asmoro menulis tentang cinta, Marsha lebih tertarik menulis tentang hal-hal yang menggelitik perhatiannya dalam hidup sehari-hari.
Asmoro tak banyak tahu tentang perempuan itu sebenarnya. Ia hanya tau, Marsha cukup menarik perhatiannya dengan letupan-letupan emosi yang ia libatkan dalam setiap ketikan jari lincahnya.
“Sist Marsha, rupanya kita satu zodiak ya. Tahun kelahiran kitapun sama.” begitu Asmoro menuliskan pesan di kotak pesan Buku Muka setelah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Marsha.
“Emang kenapa? Bangga ya?” yang hanya dijawab selugas itu, dan seperti biasa Asmoro akan tertawa terkekeh-kekeh membaca respon singkat perempuan itu setiap disapa. Unpredictable.
“Gak sih. Saya surprise saja, kita berdua bernaung di zodiak yang sama, hanya beda beberapa hari dan sepertinya watak kita gak jauh beda. Kamu suka menulis, demikian juga aku.”
“Ohhhhhhh.” begitu jawabnya.
Dan pembicaraan itu pun meluap begitu saja. Marsha kembali menghilang, sibuk membalas ucapan-ucapan selamat ulang tahun yang datang hari ini di akun Buku Mukanya, dan Asmoro tergelitik untuk menuliskan sebuah puisi puitis untuk Marsha.
“Hari ini ulangtahunmu. Dan beberapa hari lagi ulangtahunku. Aku berharap suatu hari, kita bisa merayakan ulangtahun bersama, Kau dengan gaun merahmu, dan aku dengan kemeja putihku. Kita berdua akan serasi duduk di bibir pantai, menikmati sinar matahari yang membelai raga. Tak sabar ingin merengkuh bahu indahmu, untuk kusimpan lembut-lembut dalam kedamaian jiwaku. Ah, rupanya aku sungguh menginginkanmu.”
“Jijay” demikian kata hati Marsha. Ia melihat puisi itu, dan sejak itu, ia berjanji dalam hatinya, ia tidak akan pernah bermanis-manis pada laki-laki genit itu. Sudah punya istri, sudah punya 2 bayi, kelakuan beda tipis sama dedemit.
Beberapa minggu berlalu, hingga suatu hari Marsha mendapati sebuah inbox aneh di dalam akun Buku Muka nya.
“Sist Marsha, aku sungguh menyukai postinganmu terakhir. Lucu, cerdas. Bolehkah aku menemuimu, sist. Tak sabar ingin mengamati lekuk bibir sexy mu ketika kau berkata-kata, membelai kulit pualam yang membangkitkan indra kelaki-lakianku dan merangkul pinggangmu yang aduhai” yang membuat Marsha amat sangat ingin melempar sebuah mesin jahit, mesin photocopy, lemari baju berikut kulkas kepada Asmoro.