Mohon tunggu...
Erica Feby Vindiawanti
Erica Feby Vindiawanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Air Langga (D3 Keperawatan)

ErVindia adalah nama media sosial saya, saya biasa di panggil Erica/Vindi. Saya adalah mahasiswa d3 Keperawatan Universitas Airlangga. Hobby saya berenang, menulis, dan memasak. Dalam tahap pendewasaan saya ingin menggapai mimpi mimpi saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bergerak Mengatasi Krisis Budaya Membaca di Indonesia

9 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 9 Juni 2022   08:03 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

40

60

Dalam beberapa aspek yang digunakan dalam jurnal, hasil observasinya mengatakan bahwa siswa baik dalam kemampuan membaca lancar dengan memperhatikan tanda baca dan intonasi. Hal ini menyatakan bahwa sekolah dasar di Provinsi Sumatra Barat masih perlu banyak penanganan dalam minat baca pada anak.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Mentri nomor 23 pada tahun 2013 membuat gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan generasi penerus dengan informasi melalui buku, majalah, surat kabar serta perangkat baca lainnya (Muhammad, Rahmat and Ganeswara, 2020). Dalam gerakan ini seharusnya setiap individu juga sadar akan kebudayaan membaca karena budaya membaca menjadi point penting untuk kemajuan bangsa (‘JURNAL PENA INDONESIA (JPI) Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, dan Pengajarannya’, 2015).

Program budaya literatur sekolah. Kegiatan ini menciptakan masyarakat agar gemar membaca, menulis, menyimak, serta berpikir kritis di lingkungan sekolah rumah bahkan sosial.  (Hidayah, 2017) Hal ini selaras dengan  (‘JURNAL PENA INDONESIA (JPI) Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, dan Pengajarannya’, 2015) yang menyatakan bahwa Meningkatnya minat baca akan memperbaiki kualitas sumberdaya manusia. Guru dan pustakawan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Perpustakaan bukan lagi menjadi kosumsi utama bagi siswa maupun mahasiswa karena dengan adanya media sosial kita dapat mencari literatur dengan mudah dan cepat. Oleh karena itu setiap elemen bangsa harus berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan minat baca.

Pada Jurnal (Saadati and Sadli, 2019) dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Kauman Kota Malang dengan metode kualitatif deskriptif ada dua cara yaitu dengan pengumpulan data (observasi, wawancara dan dokumentasi) dan analisis data (Reduksi data, menyajikan data, penarikan kesimpulan dan verifikasi). Berdasarkan hasil pengamatan penelitian di Sekolah Dasar Negeri 01 Kuman Kota Malang Mereka terlihat aktif, semangat, senang serta antusias ketika mengikuti program literasi membaca.

Pada jurnal (Sholihat, Halidjah and Kresnadi, 2020) dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 4 SD Negeri Kutoharjo 02 Tahun Ajaran 2019/2020 dengan populasi 28 siswa. Pada program gerakan literati sekolah yang dirancang oleh pemerintah pada jurnal ini dilakukan membaca 15 menit sebelum kegiatan dimulai. Gerakan ini membuahkan hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari antusias siswa mengunjungi perpustakaan sekolah.

Pada Jurnal (Muhammad, Rahmat and Ganeswara, 2020) dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pelaksanaannya dilakukan dalam wawancara kemudian pengamatan dilapangan, dan pengumpulan data. Responden dari jurnal ini dapat disimpulkan bahwa setiap hari responden meluangkan waktu untuk membaca buku sebelum pembelajaran dimulai minimal 60 menit setiap harinya. Pada program gerakan literati sekolah yang dirancang oleh pemerintah membuahkan hasil yang maksimal. Pada jurnal ini menyatakan bahwa responden bisa mengambil nilai positif dan memotivasi dalam buku yang mereka baca.

Dalam krisis minat baca dii Indonesia memiliki faktor penghambat dan pendukung. Menurut jurnal (Rizki Desta Utami, Dwi Cahyadi Wibowo, 2018) ada beberapa faktor yang menjadi penghambat serta pendukung minat baca pada siswa. Faktor penghambat yaitu guru masih kurang menguasai minat atau keinginan siswa, fasilitas sekolah kurang mendukung dan guru kurang penguasaan pada metode yang diinginkan siswa. Kemudian di pertegas oleh jurnal (Tahmidaten and Krismanto, 2020). Pertama, adanya perbedaan persepsi antara guru dan siswa. Kedua kemampuan membaca masih dipersepsikan tanggungjawab mata pelajaran. Ketiga pembelajaran belum memanfaatkan model, metode, strategi, dan media yang beragam. Keempat pada bahan bacaan masih di keterampilan berpikir tingkat rendah. Kelima sarana dan prasarana masih belum berkembang. Faktor  penghambat juga dikemukakan oleh (Ruslan & Wibayanti, 2019) ada beberapa faktor yaitu foktor internal seperti perasaan, perhatian, dan motivasi siswa. Jika faktor eksternal dipengaruhi oleh guru, lingkungan, keluarga dan fasilitas.

Dalam jurnal (Rizki Desta Utami, Dwi Cahyadi Wibowo, 2018) pada faktor pendukung yaitu adanya kesadaran siswa, alat peraga serta dukungan dari lingkungan sekitar. Kemudian di pertegas oleh jurnal (Tahmidaten and Krismanto, 2020) yaitu menemukan sebab akibat mengapa minat baca di Indonesia rendah dan meluruskan bawasannya membaca tidak hanya melalui mata pelajaran.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah budaya membaca di Indonesi sangat rendah mulai dari kalangan siswa hingga mahasiswa. Rendahnya tingkat Pendidikan di Indonesia mempengaruhi budaya membaca di masyarakat. Krisis budaya ini tidak sepenuhnya berakar dari nenek moyang tetapi minat baca juga terkikis oleh globalisasi. Pemerintah berupaya mengatasi krisis budaya membaca di Indonesia. Pemerintah menjadi tanggung jawab utama tidak henti hentinya membuat program yang bertujuan agar kemampuan masyarakat di Indonesia meningkat khususnya pada siswa ataupun siswi. Tidak hanya Pemerintah semua elemen negara segera harus bergerak untuk memberikan kontribusi agar meningkat minat baca masyarakat Indonesia. Seperti pada aspek keluarga, kita bisa membelikan buku kepada anak, membuat kegiatan membaca yang nantinya akan berdampak pada pengurangan penggunaan gadget pada anak (Tahmidaten and Krismanto, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun