Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

3 Dosa Pedagang Makanan Gerobakan Menjelang Masa Liburan

27 Desember 2024   09:54 Diperbarui: 27 Desember 2024   09:54 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pedagang makanan pinggir jalan (Unsplash/Raychan)

Masa liburan Nataru telah tiba. Banyak para pedagang juga yang ikut libur untuk pulang kampung berkumpul bersama keluarga. Sebagai mahasiswa, saya merasa aneh karena kawasan sekitar kampus begitu sepi tidak seperti biasanya. Pedagang-pedagang juga sudah banyak yang pulang ke kotanya masing-masing.

Hanya ada beberapa pedagang yang masih setia berjualan untuk membantu para perantau yang tidak bisa pulang dikarenakan beberapa hal seperti lokasi yang jauh, kehabisan tiket, atau memang sedang tidak ada uang. Hadirnya pedagang makanan di hari libur tentu membantu para perantau yang tetap stay di perantauan.

Namun, masih ada saja beberapa pedagang makanan, khususnya mereka yang gerobakan yang melakukan dosa saat memasuki masa liburan. Mau tahu dosa apa saja yang mereka lakukan? Simak ulasannya berikut ini.

#1 Pedagang yang tidak memberikan informasi bahwa akan pulang kampung

Baru saja beberapa hari lalu saya hendak membeli roti bakar langganan saya yang berada di pinggir jalan. Roti bakar gerobakan tersebut buka dari sore hingga tengah malam. Namun, saat saya sudah memiliki rencana untuk membeli roti bakar dengan topping favorit, nyatanya roti bakar tersebut tutup. Saya pikir memang sedang sengaja libur karena ingin istirahat karena pelanggannya setiap hari selalu membludak.

Keesokan harinya saya kembali ke tempat yang sama, ternyata gerobaknya masih belum buka juga. Saya pun melipir ke warung dan ada salah satu pelanggan roti bakar yang bertanya tentang pedagang tersebut mengapa beberapa hari ini selalu tutup. Nyatanya pedagang yang merupakan orang Jawa tersebut sedang pulang kampung ke rumahnya.

Saya harap sih untuk pedagang yang selalu ramai pelanggannya membuat papan informasi atau menggunakan kertas biasa bahwa doi akan libur selama beberapa hari agar para pelanggan tidak lelah menunggu. Kemarin saya salut dengan pedagang soto yang membuat pengumuman di depan gerainya bahwa doi akan tutup selama 10 hari ke depan.

#2 Lupa mematikan fitur buka di Google

Kalau sedang ingin membeli makanan, terlebih lokasinya sudah ada di Google, biasanya saya selalu mengecek di Google apakah doi masih buka atau sudah tutup untuk menghemat energi. Namun, masih banyak para pedagang yang entah lupa atau karena apa selalu lupa untuk mematikan fitur buka di Google sehingga para pelanggan menyangka bahwa gerainya masih buka.

Saya beberapa kali terkena prank jam buka suatu gerai makanan di Google. Di Google menyatakan masih buka, namun ternyata ketika saya sudah sampai di tempat tidak ada siapa-siapa alias sudah tutup. Apalagi di masa liburan seperti ini sebaiknya para pedagang yang hendak berlibur untuk mengecek aplikasinya masing-masing untuk mengurangi rasa kecewa dari para pelanggan tetapnya.

#3 Bukanya tidak menentu, berbeda dengan hari biasa

Poin ketiga ini mungkin masih bisa ditolerir karena pedagang juga tidak ingin merugi atau sekadar ingin melepas penat sejenak dengan membuka gerai makanannya hanya di waktu tertentu saja. Namun hal ini kadang membuat para perantau bingung. Saat kemarin berkunjung ke gerainya ternyata tutup. Eh, besoknya malah buka.

Hal tersebut membuat para perantau harus ekstra keras dalam mencari makanan di tempat-tempat yang masih buka. Mungkin saran saya setiap pedagang yang mengubah jam bukanya saat musim liburan juga bisa menginformasikan menggunakan kertas pengumuman atau sebagainya di depan gerai atau gerobak agar para pelanggan tidak merasa kebingungan.

Itulah beberapa dosa para pedagang makanan gerobakan yang dilakukan saat musim liburan. Semoga para perantau yang belum berkesempatan pulang ke kampung halamannya tidak kekurangan makanan dan para pedagang yang tetap berjualan walaupun sepi pelanggan diberikan rezeki yang melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun