Jika bekerja tapi tidak dibayar, bukankah itu kegiatan volunteer, ya? Peserta magang juga butuh uang untuk makan, kali. Masa iya, orang bekerja, tapi malah mengeluarkan uang bukan mendapatkan uang. Kalau hanya sekadar sertifikat, mah, nggak bisa bikin kenyang. Apalagi kalau sertifikat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan abal-abal. Rugi, dong.
Bukan hanya perusahaan swasta, ada beberapa lembaga pemerintah yang juga tidak memberikan uang saku pada peserta magang
Saya mempunyai kawan mahasiswa FEB yang saat pandemi lalu mendapatkan kesempatan untuk magang di lembaga keuangan pemerintah. Saya berpikir, "Wah, pasti bayarannya, besar, nih!" Kawan saya tersebut malah misuh-misuh karena bukannya mendapatkan uang, tapi doi malah mengeluarkan banyak uang untuk mencari kosan, membeli baju kemeja untuk dipakai bekerja, dan tentunya untuk makan.
Baru-baru ini, lembaga negara yang biasa mengatasi korupsi alias KPK, juga membuka lowongan magang bagi para mahasiswa. Ketika saya lihat di bagian benefit, tidak ada satu pun kalimat yang berhubungan dengan uang saku alias magang tersebut unpaid. Apa mungkin karena nama besar, mereka menganggap bahwa mahasiswa tidak akan masalah meskipun tidak dibayar? Kalau benar begitu, kelewat goblok, sih, pemikirannya.
Fenomena magang tidak berbayar ini menjadi masalah yang cukup serius. Jika dibiarkan, akan muncul semakin banyak perusahaan yang semena-mena karena tidak adanya tindakan yang tegas. Sudah, mah, capek, tidak dibayar pula. Buat para penyelenggara magang yang nggak mau rugi, mending kalian muhasabah diri, deh. Daripada nanti ditagih di akhirat, kan, repot jadinya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H