Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saya Bosan dengan Isi Khotbah Jumat yang Terkesan Template

5 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 5 Juli 2024   14:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi salat Jumat (Unsplash/Rumman Amin)

Saat mengikuti salat Idul Adha kemarin, seperti biasa saya dan jemaah yang lainnya akan mendengarkan khotbah seusai melaksanakan salat. Khotbah pada salat Idul Adha berbeda dengan salat Jumat yang isi khotbahnya disampaikan sebelum melaksanakan salat.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, isi khotbah Idul Adha di kampung saya membahas mengenai ibadah haji dan perjuangan nabi Ibrahim yang hampir saja menyembelih putranya sendiri, nabi Ismail. Hal itu terus diulang-ulang dari tahun ke tahunnya. Memang tidak ada masalah, namun jika topik khotbah diganti dengan hal yang lebih fresh, mungkin jemaah akan jauh lebih antusias sehingga tidak ada yang mengantuk.

Kalau untuk ukuran khotbah Idul Adha yang dilakukan setiap setahun sekali mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi, beda halnya kalau khotbah salat Jumat yang isinya terkesan template bahkan jemaah sudah hafal isi dari khotbah yang disampaikan khatib tersebut.

Pada hakikatnya, isi khotbah memang membahas mengenai hal-hal yang dilarang oleh Allah dan mengajak kepada kebaikan. Namun, topik tersebut sudah sangat sering dibahas sehingga tidak jarang membuat jemaah bosan. Topiknya surga dan neraka lagi, surga dan neraka lagi. Setiap orang juga mungkin sudah paham mengenai hal tersebut. Dampaknya, banyak jemaah yang memilih untuk tidur daripada mendengarkan khotbah yang isinya hanya template semata.

Khotbah yang template membuat jemaah kurang bersemangat mendengarkan

Isi khotbah yang template, apalagi membahas mengenai hal yang berat-berat, bisa membuat jemaah jenuh hingga kurang bersemangat mendengarkan khotbah. Bagi mereka, isi dari khotbah yang disampaikan sudah sering mereka dengar di berbagai acara televisi atau bahkan seliweran di beranda TikTok.

Tidak heran kalau banyak jemaah yang tidak begitu memperhatikan khatib. Apalagi kalau di barisan belakang, pasti banyak yang mengobrol. Bahkan, beberapa di antaranya memilih untuk tidur. Ada yang disengaja ataupun tidak disengaja karena isi khotbah yang membuatnya mengantuk sebab isinya sama dengan yang minggu kemarin.

Apalagi masjid di daerah rumah saya khatibnya menggunakan bahasa Arab sehingga para jemaah hanya menunduk saja karena tidak paham akan artinya. Tapi, saya benar-benar hafal apa yang sedang disampaikan oleh khatib. Sebab, hampir setiap Jumat isi khotbahnya itu lagi, itu lagi. Ingin pindah ke masjid lain yang isi khotbahnya bisa dipahami, namun saya kasihan dengan kakek tidak ada yang mengantar pulang.

Lagi-lagi, di sinilah perlunya inovasi dari khatib untuk memberikan isi khotbah yang lebih relevan dengan keadaan sekitar dan perkembangan zaman. Apalagi jika jemaah banyak dari kalangan anak muda yang butuh asupan segar, bukan hanya perkara surga dan neraka lagi.

Perlunya ada tim riset di DKM masjid untuk memilih topik khotbah setiap Jumat

Setiap masjid biasanya selalu ada DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) yang berperan dalam mengelola masjid seperti kebersihan, mengorganisir segala sumber daya yang ada, hingga merencanakan dan menyusun program kerja baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut hemat saya pribadi, DKM masjid perlu membentuk tim riset yang bertugas untuk mencari topik relevan bagi khatib yang nantinya akan disampaikan kepada para jemaah. Tim juga harus menganalisis jumlah jemaah berdasarkan generasi, dan dari situ ditetapkan mengenai topik yang cocok disampaikan oleh khatib.

Jika di setiap minggunya topik khotbah yang disampaikan bervariasi serta sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di sekitar, jemaah pun perlahan-lahan akan mulai memerhatikan khatib bahkan jumlah jemaah akan bertambah.

Jemaah tidak perlu topik yang berat-berat, topik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari jauh lebih menarik

Mayoritas jemaah sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan topik yang berat-berat seperti siksa neraka karena itu sudah sering dibahas. Justru topik-topik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari perlu dibawakan agar relate dengan para jemaah.

Misalnya, seperti topik tentang larangan membuang sampah sembarangan, perlunya menjaga lingkungan sekitar, motivasi bisnis bagi kalangan muda yang dibarengi dengan hadis-hadis dan riwayat, dan topik-topik sederhana lainnya.

Dengan membawakan topik sederhana seperti itu setidaknya bisa mengetuk pintu hati jemaah untuk berbuat hal positif di lingkungan sekitar seperti selalu membuang sampah pada tempatnya atau menjaga lingkungan sekitarnya dari hal-hal yang merusak keindahan pandangan.

Jikalau saja khatib saat salat Idul Adha kemarin serempak membahas mengenai dampak lingkungan yang disebabkan karena membuang darah hewan kurban sembarangan seperti ke dalam selokan, mungkin setiap warga akan menyediakan tempat khusus untuk pembuangan darah hewan kurban yang cukup banyak.

Semoga ke depannya, para khatib bisa lebih berinovasi lagi dalam menyampaikan topik khotbah terutama saat salat Jumat. Tidak lagi mengulang-ulang topik hingga semuanya terkesan template. Karena saya sendiri belum berkesempatan untuk menjadi khatib, maka dari itu saya hanya bisa sedikit memberi saran yang membangun saja.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun