Indonesia sebagai negara yang banyak akan suku dan budaya tentunya mempunyai mitos-mitos yang melegenda di masyarakat. Seperti jangan keluar magrib-magrib takut diculik hantu, jangan makan di pinggir pintu takut sulit jodoh, jangan gunting kuku malam-malam nanti didatangi hantu, dan masih banyak lagi.
Mitos-mitos tersebut tentunya tidak datang begitu saja, melainkan pasti ada beberapa pengalaman yang relevan terjadi pada orang-orang zaman dahulu. Misalnya saja, jangan gunting kuku malam-malam. Di zaman dahulu, penerangan belum secanggih sekarang. Jadi, ketika gunting kuku di malam hari khawatir jari akan ikut tergunting yang tentunya akan sakit terasa. Begitu pula hal yang lainnya, pasti ada sejarahnya.
Tetapi, hal yang cukup menarik perhatian saya adalah mitos mengenai akan segera punya adik lagi jika sering terjatuh. Saya tidak tahu kapan asal-mula mitos ini berkembang di masyarakat, yang pasti saya tahu istilah ini sejak masih kecil, terutama di daerah Sunda. Jika orang yang sering terjatuh, maka ia akan segera mempunyai adik.
Sekilas bahwa mitos tersebut tentunya tidak ada korelasinya. Coba pikir saja, masa iya orang yang sering terjatuh akan punya adik. Anak dilahirkan oleh seorang ibu, sebelum dilahirkan pun dikandung selama sembilan bulan dalam rahim ibu. Lantas, apa yang bisa membuat anak sering jatuh jadi membuat sang ibu kembali hamil?
Sekilas mitos tersebut memang sangat tidak masuk akal, namun saya sangat penasaran memikirkan bagaimana bisa orang akan segera punya adik jika dia sering terjatuh. Hingga pada akhirnya saya pun menemukan benang merahnya, begini kira-kira.
#1 Anak yang sering jatuh sedang mengembangkan keterampilan motoriknya
Dalam sudut pandang ilmu anak usia dini, anak yang sering terjatuh ternyata menandakan bahwa dia sedang belajar untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Artinya, dalam fase ini (balita), si anak sudah mulai bisa untuk menyeimbangkan dirinya dalam artian berjalan bahkan berlari.
Terus, apa hubungannya? Sek-sek. Beberapa orang tua biasanya akan berpikir untuk kembali punya anak jika si anak sebelumnya sudah bisa agak "dibiarkan" dalam artian perhatiannya tidak seketat saat masih bayi. Maka dari itu, orang tua tidak akan terlalu khawatir jika si anak dibiarkan main sendiri, terutama di lingkungan rumah.
Benang merahnya, jika orang tua sudah percaya dengan si anak bisa berjalan, maka beberapa di antara mereka sudah mantap untuk menambah anak. Sebab, anak sebelumnya sudah bisa mandiri dan tidak terlalu membutuhkan perhatian lebih lagi untuk dituntun berjalan, apalagi kalau sudah sekolah.
#2 Orang tua sudah terdoktrin dengan mitos tersebut