Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mempertanyakan Mitos Anak yang Sering Jatuh Akan Segera Punya Adik

25 Mei 2024   16:35 Diperbarui: 25 Mei 2024   16:43 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Orang tua kita tentunya sudah lebih lama tahu mengenai mitos anak yang sering jatuh akan segera punya adik. Seiring berjalannya waktu, beberapa orang tua mungkin bisa saja menjadi terdoktrin dengan istilah tersebut sehingga muncul keinginan dalam diri untuk mempunyai anak lagi ketika tahu bahwa si anak sering terjatuh.


Hal tersebut tentunya seakan-akan si orang tua menyetujui bahkan mendukung mitos tersebut, toh hadirnya anak adalah sebuah rezeki. Maka dari itu, ketika si anak mengeluh sering terjatuh, maka di saat itu juga orang tua berpikir harus segera punya anak lagi agar si sulung tidak sering terjatuh.


#3 Hanya kebetulan semata


Alasan terakhir mengapa anak yang sering terjatuh akan segera punya adik lagi tentunya itu hanya kebetulan semata. Tidak ada korelasinya antara terjatuh dengan punya adik lagi. Si anak yang mempunyai adik tentunya itu sudah direncanakan oleh orang tuanya atau kehendak dari Tuhan.


Fenomena ibu yang hamil lagi saat si anak masih kecil kemudian dikaitkan dengan mitos yang sudah berkembang di masyarakat. Kebetulan saja, sebelum si ibu hamil, si sulung memang sering terjatuh karena ia sedang mengembangkan kemampuan motoriknya. Selain itu, bisa juga karena si sulung keseimbangannya belum terlalu baik. Di saat bersamaan pula, ibu si sulung ternyata hamil lagi.


Beberapa mitos terkadang memang tidak masuk di akal. Namun, beberapa memang ada ceritta di baliknya karena pengalaman para orang tua di zaman dahulu. Intinya, kita harus selalu berpikir rasional dengan tidak mendiskreditkan ajaran-ajaran orang tua kita asalkan bernilai positif.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun