Ketika cukur rambut di tukang pangkas rambut kita hanya bisa duduk santai saja di bangku empuk yang sudah disediakan sampai kegiatan mencukur selesai. Terkadang antara konsumen dan barber hanya diam-diaman tidak mengobrol kecuali bertanya tentang gaya rambut.Â
Berbeda saat dicukur oleh ibu, selain bisa ngobrol ngalur ngidul, saya pun bisa jeda terlebih dahulu. Semisal pergi ke dapur untuk minum atau membeli cilok yang mampir di depan rumah.
#4 Hasilnya kadang rapi kadang tidak
Jika dicukur oleh ibu, saya tidak akan terlalu berekspektasi terlalu tinggi. Dengan peralatan seadanya seperti gunting, silet, sisir, dan aksi nyata, tentunya hasil yang didapatkan tidak akan semewah dicukur di barbershop mahal. Ada kalanya saya senang karena hasilnya rapi sesuai keinginan saya.Â
Ada kalanya juga pendek sebelah atau tidak tercukur semua. Kalau orang Sunda biasa menyebutnya dengan torombol. Tapi meskipun begitu saya tetap bersyukur karena tidak semua orang bisa dicukur oleh ibunya. Bagi saya itu merupakan pengalaman yang mahal.
#5 Lebih terasa nyaman
Meskipun selalu ada rasa khawatir takut kuping saya tergunting atau hasilnya tidak rapi, tapi dicikur langsung oleh ibu di rumah tentunya dapat membuat saya merasa nyaman. Saya bisa request apa saja tanpa rasa tidak enak dan yang lebih nyaman lagi karena saya bisa cukur rambut sambil memakai kolor dan telanjang dada. Jadinya saya tidak akan malu dan canggung. Toh sama ibu sendiri.
Begitulah rasanya dicukur oleh ibu sendiri di rumah. Saya bangga sekali mempunyai ibu yang multi talenta. Meskipun tidak serapi dicukur oleh barber profesional, yang terpenting rambut saya pendek kembali dan wajah saya kembali segar dengan penampilan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H