Biasanya ibu-ibu yang baru belanja di pasar selalu menggunakan jasa ojek pangkalan yang sudah stay di depan terminal atau bahkan sambil membantu mengangkut beberapa barang.Â
Kalau barang bawaannya banyak biasanya ibu-ibu selalu menggunakan angkot. Jarang sekali ibu-ibu belanja ke pasar menggunakan mobil mewah kecuali kalau pergi ke mal.
Saya kalau pulang dari perantauan (libur semester kuliah) biasanya selalu menggunakan jasa transportasi umum bus.Â
Ketika sudah tiba di terminal, biasanya ada beberapa bapak-bapak tukang ojek pangkalan yang menawari jasanya. Saya akan menggunakan jasa ojek pangkalan kalau posisinya tidak ada angkot lagi dan hari sudah sangat malam.Â
Meskipun kebanyakan tukang ojek pangkalan mematok harga yang mahal karena mungkin berpikir bahwa orang-orang yang baru turun dari bus ini adalah pekerja yang merantau dari kota.Â
Seperti tahun lalu awal-awal corona saya disangka pekerja dari Jakarta. Padahal mah baru mahasiswa belum mempunyai pekerjaan.
Beberapa kali saya selalu menawar karena harga yang dipatok bapak ojek tidak wajar (sangat mahal) karena mengingat waktu yang sudah malam dan juga rute yang cukup sepi.Â
Namun ada juga mereka yang jujur tidak melebih-lebihkan. Biasanya si bapak ini selalu menggunakan peci lusuh dan sandal sederhananya.
Mereka-mereka yang jujur inilah yang selalu membuat saya terharu karena masih semangat bekerja hingga larut malam meski umur sudah tua.Â
Saya pun tidak sungkan-sungkan untuk membayar dengan uang lebih. Terkadang banyak juga dari mereka yang kesulitan penumpang sehingga mematok harga yang mahal.
Namun sebenarnya perlu nggak sih kita menawar tukang ojek pangkalan? Menurut saya sah-sah saja untuk menawar jika kondisinya seperti :