Mohon tunggu...
Erlina Febrianovida
Erlina Febrianovida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Moga yang saya tulis dan bagikan jadi maslahat serta pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin... :-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bidan Totalitas?

3 Agustus 2017   14:42 Diperbarui: 3 Agustus 2017   15:06 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : http://www.indiaeducation.net

"Eh kemaren itu si Yuni lahiran pas jam berapa sih neng?"

"Ya sekitar jam 7-an, dateng ke bidannya sih dari jam 10 malem, kenapa ya mber?"

"O pagi ya? Bagus deh tertangangi. Eh neng si bidan X itu sering gak ada di tempat yah... masa ada anak pabrik (sebutan kakak saya untuk anak -- anak produksi yang bekerja di gudang di perusahaan kakak saya bekerja) kan mau lahiran di Bidan X, dia ngandelin di Bidan X itu karena kan bisa BPJS. Eh pas dia udah mules -- mulesnya, datang ke rumah tuh bidan... masa' gak ada? Kalau gak salah dia malem deh kesitu"

"Laterus?"

"Ya udah akhirnya temenku ke Bidan Y, Kamu tau kan Bidan Y gak terima BPJS, kesian... kondisi keuangan dia itu bukan serba punya , dan dia dari awal ke bidan X supaya soal biaya persalinan terbantu dengan pakai BPJS. Kalau emang tuh bidan sering gak ada dan gak punya asisten buat nolong lahiran saat dia gak ada di rumah mending gak usah buka aja sih!, kan kesian kalo pas mau lahiran gimana? masa' nunggu dia sampe ada?"

"Ya emang sih orang mules gak langsung lahiran..., tapi kan dia gak adanya juga gak sebentar!, terus kalo kaya' gitu tuh, yang ketempuan mereka2 yang mengharap BPJS buat 'mbantu biaya kelahirannya kan kesian juga!, iya kalo mampu dan punya cadangan uang cukup bisa langsung tunjuk bidan lain atau langsung ngacir ke RS, lah kalo enggak?. Dan kamu tau gak..., aku denger dari temenku nih... tuh bayi udah dikasih ke orang, dan bukannya ke temenku yang dari awal udah mau adopsi anaknya"

"O bidan itu ya... ya kan aku juga pernah gitu waktu pas pendarahan..., lah emang kenapa bayinya kok mau dikasih ke orang lain"

"Ya memang dari awal dia hamil sudah dia niatkan mau dikasih orang lain neng, dan temenku yang gak punya anak sudah niat mau adopsi kalo bayinya sudah lahir, tapi katanya waktu nengokin kesono tuh bayi udahgak ada, katanya sih dibawa ke kampung..., nah denger2 lagi bukan dibawa ke kampung tapi memang sudah diberikan entah dengan bayaran atau enggak ke orang lain saat masih di bidan...."

----

Itulah sepenggal pembicaraan saya dengan kakak saya yang saya panggil "mber" itu (kepanjangan "Mbak Erni") saat sedang ngobrol santai. Dia sewot dengan bidan X (sengaja ya saya gunakan insial alphabet tanpa numerik) yang saat salah satu rekan kerjanya itu tiba waktunya melahirkan sedangkan bidan tersebut tidak ada di rumah (prakteknya memang dia buka di rumah).

Kalau saya tak mengalami sendiri kejadian yang kurang lebih sama tentu saya tak cepat mengiyakan pengalaman yang terjadi atas teman kakak saya itu. Kenapa?

Satu tahun lalu saat usia kandungan saya menginjak bulan ke -- 7 saya mendatangi bidan X karena bekerjasama atau menerima pasien BPJS. Kedatangan saya kala itu bermaksud mencoba fasilitas dari BPJS, bila memang perhitungannya lebih terjangkau dan dekat dengan rumah tentu menjadi support tersendiri bagi saya yang akan melahirkan anak pertama saya nanti karena di bidan cenderung lebih berasa hawa "rumah"-nya, apalagi kalau memang dekat dari rumah, sungguh membantu tentunya.

Sebelumnya saya menggunakan asuransi pendamping dari tempat suami saya bekerja, sehingga pilihan untuk memeriksakan kehamilan di dr. Spog terbilang cukup banyak, salah satunya di sebuah RS Swasta di bilangan Daan Mogot, Jakarta Barat. Ya, tentu berbeda kemudahan fasilitas yang dirasakan. Bila di faskes pertama pada asuransi pendamping suami saya itu tidak ada poli yang dituju (dalam kasus saya adalah poli Obgyn/kandungan), maka kita sebagai pasien bisa sesukanya memilih opsi Rumah Sakit yang ingin kita gunakan dan sudah pasti dengan dr. Spog.

Lantas bagaimana dengan BPJS? Di klinik faskes pertama BPJS saya tidak ada poli obgyn, yang akhirnya harus dengan rujukan bidan yang bekerjasama dengan BPJS di klinik tersebut apabila ingin ke Rumah Sakit, itupun baru akan dirujuk oleh bidan yang bersangkutan bila ada indikasi medis yang berbahaya, bila tidak? maka tetap akan ditangani bidan hingga persalinan nanti, karena bidan sendiri sudah mendapat instruksi bahwa bila masih bisa ditangani dan tidak diperlukan tindakan yang mengharuskan ke Rumah Sakit maka harus tetap bidan yang menangani. 

Tapi gak apa -- apa juga to bila memang penanganannya sesuai?, karena saya yakin kemudahan fasilitas yang sifatnya sekunder atau lebih, masih bisa ditoleransi oleh pasien bila penanganan semuanya sesuai, kan yang penting sehatnya?

Okay, saat pertama datang ke bidan X, bu bidan ada di tempat, dan seperti ibu hamil pada umumnya saya mendapat penanganan yang sesuai, termasuk penjelasan kesehatan dan lainnya. Termasuk keluhan saya mengenai keputihan pun di respon baik oleh bidan X tersebut, yang akhirnya ia membuat rujukan ke Puskesmas karena di Rumah Sakit keluhan saya soal keputihan (menyangkut cek darah dll) itu akan mengeluarkan biaya yang lumayan besar sedangkan di Puskesmas bisa gratis karena cek yang saya jalani beserta rangkaiannya merupakan salah satu program pemerintah untuk para Ibu Hamil. Alhamdulillah, keluhan tersebut ditangani baik oleh puskesmas dan benar gratis dan saya sembuh dari keluhan itu.

Beberapa minggu kemudian saya mengalami pendarahan, saya yang mau ngantor langsung tancap gas ke bidan X, sekitar pukul setengah delapan-an pagi saya tiba di depan rumah beliau. Saya ketok rumahnya, tak ada jawaban, sepi..., sambil menenangkan diri sendiri karena saya khawatir darah yang saya keluarkan semakin banyak (meski saya sudah mengenakan pembalut) dan takut terjadi apa -- apa selanjutnya, saya tunggu bu bidan X membukakan pintu. 

Tetap tidak ada jawaban..., gak lama dari balkon lantai 2 bu bidan, suami beliau memberikan keterangan dari atas bahwa bu bidannya sudah pergi, hah...? waduh...?, namun saya tetap menaruh harapan segera ditangani karena biasanya bidan yang sudah praktek tetap dan full pasti punya asisten karena bisa saja si ibu bidan ada keperluan dan bersamaan ada yang akan melakukan persalinan.

Tapi saya kaget saat suami bu bidan itu bilang ;

"udah jalan tadi jam 7, lagi pendidikan, nanti balik aja kesini jam 5" saat saya bilang apa nggak ada yang menggantikan atau asistennya?,

Ya ampun... saya itu butuh penanganan segera loh... saya ke rumahnya yang cuman beberapa menit aja berasa lama sambil berdoa agar pendarahan saya tidak hebat, eh ini disuruh balik jam 5?,  kesal saat itu bukan lagi waktunya karena saya harus segera menemukan penolong medis untuk saya dan bayi saya yang ada dalam kandungan ini. Akhirnya saya bergegas menuju bidan Y, bidan langganan kakak yang sudah pernah melahirkan 3 kali disana yang juga tidak jauh dari rumah saya dan bidan X tersebut. 

Dari situ saya dirujuk ke RS yang ingin saya tuju, dan saya pilih yang terdekat tentunya, Bidan Y melihat masih ada waktu cukup dan pendarahan sudah berhenti maka dia memberi opsi mau RS mana (awalnya, mau ke RS dimana saya biasa menggunakan asuransi pendamping dari tempat suami bekerja, tapi saya khawatir menambah waktu yang memicu bahaya lain maka saya tuju RS yang lebih dekat)

Alhamdulillah segalanya baik2 saja. Dengan adanya riwayat demikian, saya memutuskan kembali lagi ke RS biasa saya memeriksakan kehamilan sebelumnya tetapi saya menaruh harapan agar bidan X tidak demikian kepada pasien lainnya, baik yang memerlukan tindakan medis segera (karena bisa jadi ada tahap lanjutan yang harus disegerakan) apalagi yang mau melahirkan. Saya kira kasus seperti saya adalah umum (maksudnya memang ada bidan demikian, ini hanya pikiran saya saja) jadi ya sudahlah, mungkin bu bidan sesekali seperti itu.

Tapi setahun berselang tetap saja kaget saat kakak saya berceloteh bahwa bidan X masih seperti itu, dan kali ini kasus pasien mau melahirkan..., iya, Ibu ini mau melahirkan lo..., dan bu bidan X yang saya lihat di pintu rumahnya bertuliskan "Persalinan 24 jam" nyatanya membuat si ibu kecewa karena saat mau melahirkan tidak ada! Sekali lagi, ya memang mulesnya bumil yang mau lahiran gakselalu langsung dede' bayinya keluar, tapi apa iya ibu mules mau melahirkan kudu' ngandelin bolak -- balik ngecek bu bidan ada di tempat atau nggak?. "Tidak ada" maksud saya disini adalah bukannya bu bidan gak boleh bepergian sedetik pun, melainkan tidak ada "soul" bidannya (ini hanya bahasa saya saja). Loh Kok?

Bu Bidan boleh kok bepergian atau karena suatu hal bisa tidak di tempat, tetapi bukan jadi "tuman" atau akhirnya dominan pasien jadi tidak terbantu. Pun setau saya dan dari info mereka yang pernah melahirkan di bidan, selalu ada asisten yang membantu atau menggantikan saat bidan yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat, entah sebentar atau dalam jangka waktu lama.

Bukan tak ada pemakluman, bidan bisa jadi tidak ada di waktu -- waktu yang memang istilahnya "me time"-nya dia, misalnya saat bidannya sedang ibadah di hari raya, seperti contoh teman saya yang saat ke bidan namun yang bersangkutan sedang ke gereja (ibadah natal tanggal 25 Desember), itupun teman saya masih diterima oleh asistennya lo..., bukan tidak ada siapapun, dan menyarankan untuk dirujuk saja karena bayi dalam kandungan teman saya kala itu sudah tidak ada gerakan / denyut jantung saat di periksa oleh asisten bidan. 

Atau ada lagi kakak dari teman saya di bidan lain tempat, yang bu bidannya juga sedang tidak di tempat namun asistennya memberi opsi bisa kembali lagi saat bu bidan sudah ada atau bisa ke penolong medis lain, karena tindakan yang harus dilakukan saat itu asistennya tidak mampu melakukan. Atau juga pernah saya ketahui bidan mempunyai asisten yang sehari -- harinya untuk hal yang bisa dikerjakan asisten maka bu bidan tidak hadir, tetapi bila ada hal yang sifatnya segera bu bidan datang karena rumahnya dengan jarak praktek dekat.  

Saya maklum bila ada hal -- hal yang memang diluar kapasitas / jangkauan / keadaan urgent bidan akhirnya tidak di tempat, bidan juga manusia yang sesekali punya kepentingan pribadi atau menuntut dirinya menanggalkan sebentar profesinya karena satu dua hal. Tetapi yang selama ini saya temui (selain bidan X itu), para bidan tersebut "selalu berupaya memaksimalkan ada" untuk menangani pasien walau bu bidan secara fisik tidak hadir, tetapi "dia ada" melalui asisten beliau - beliau (atau mungkin karena saya pasketemunya atau taunya hanya dengan bidan yang bekerjanya tidak sendiri kali yah?). 

Sangat disayangkan bila dalam waktu tidak sebentar apalagi jadi kebiasaan bu bidan yang memang sudah mengikrarkan dirinya full time praktek tapi selonong boy saja pergi sedang tidak ada yang menggantikan, membiarkan bumil yang butuh bantuan segera jadi tidak atau kurang tertangani, atau seperti kasusnya teman kakak saya diatas itu... yang akhirnya luput mendapatkan manfaat fasilitas dari BPJS lantaran bu bidan tidak ditempat sedang bumil tersebut sudah mau melahirkan.

Tak bermaksud sedang menyudutkan profesi bidan lo, bukan itu penekanan saya (apalagi yang bekerjasama dengan BPJS) karena bidan dengan pengabdiannya yang total juga buuanyyaaak, karena bilapun saat itu saya atau teman kakak saya memang tidak berniat menggunakan BPJS toh bu bidannya tetap sedang tidak di tempat kan? Kembali ke personal, profesi apapun bukan jadi membatasi ingin -- inginnya kita yang lain, bukan membuat kita jadi gak freedom begini -- begitu, tapi ada "tuntutan" kita utuh bertanggung jawab didalamnya.

Terimakasih banyak sudah mampir dan membaca :-)

Sumber Gambar : http://www.indiaeducation.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun