Kecurangan Akademik Dalam Kacamata Psikologi Kepribadian
Academic cheating didefinisikan sebagai sebuah perilaku kompleks yang menyalahi kode etik nilai-nilai kejujuran dalam proses belajar dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. (McCabe dan Trevino, 1993). Selain itu, menurut Cizek (2003), academic cheating adalah tindakan apapun yang melanggar aturan yang ditetapkan yang mengatur administrasi ujian atau penyelesaian tugas sehingga dapat mempengaruhi hasil asesmen yang dilakukan dalam bentuk memberi, mengambil, atau menerima informasi; menggunakan materi-materi yang dilarang; serta memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur maupun proses untuk memperoleh keuntungan.
Salah satu pendekatan atau teori dari aspek interaksionisme yang dapat kita gunakan untuk menjelaskan fenomena kecurangan akademik adalah sebuah teori atau konsep dari seorang psikoanalis dan psikiatri dari Amerika, yaitu Harry Stack Sullivan. Salah satu pemahaman dari Sullivan adalah bahwa kepribadian manusia tidak dapat dipisahkan dari situasi sosial, yang artinya untuk dapat memahami kepribadian, kita harus melihat pola-pola relasi sosial yang berulang kali terjadi dalam konteks masyarakat yang riil (Friedman dan Schustack, 2006). Dari penjelasan sebelumnya, Sullivan menjelaskan bahwa sebenarnya kita memiliki banyak kepribadian, tapi kita tidak begitu sadar, dan banyaknya kepribadian digantung oleh banyak situasi sosial yang kita jumpai. Berhubungan dengan penjelasan sebelumnya, Sullivan menjelaskan bahwa masalah atau konflik yang selalu terjadi kepada kita, sepertinya kecemasan itu disebabkan oleh situasi interpersonal atau sosial disekitar kita yang buruk.
Sebagai contoh, gambarkan saja ada seorang mahasiswa dari suatu kampus. Ia dikenal sebagai seorang mahasiswa yang baik dan jujur. Dia memiliki salah satu dosen dari mata kuliah jurusan perkuliahannya yang dikenal oleh banyak mahasiswa sebagai dosen yang galak. Suatu hari, kelas mata kuliah dengan dosen yang galak dan perfeksionis itu sedang diadakan ujian. Ujiannya adalah membuat karya tulis atau essay dan batas pengumpulannya adalah besok. Ketika ia menyadari bahwa pengumpulannya adalah besok, dia jelas sangat cemas dan khawatir jika tugas ujiannya tidak dapat dikumpulkan besok maka ia akan mendapatkan nilai kosong dari dosennya. Tiba-tiba, ia mendapatkan ide untuk mengerjakan tugas ujiannya dengan bantuan chatbot, yaitu ia meminta chatbot untuk membuatkannya essay, dan essay pun langsung jadi, walaupun ia harus sunting beberapa kata agar terlihat itu seperti essay yang dibuat sendiri. Beberapa hari setelah pengumpulan tugas ujiannya, ia mendapatkan bahwa tugas ujian yang ia telah kerjakan mendapatkan skor atau nilai yang tinggi.
Dari cerita sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa walaupun sang mahasiswa memiliki kepribadian baik dan jujur, kepribadian baik dan jujur yang sang mahasiswa punya tidak bersifat konsisten dan itu dipengaruhi oleh situasi atau kondisi yang sedang terjadi. Yang artinya, walaupun sang mahasiswa memiliki kepribadian baik dan jujur, tapi dia juga memiliki kepribadian lainnya dan itu sangat bergantung pada kondisi atau situasi sosial yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Altinok, D. (2018, April 13). An Ontology-Based Dialogue Management System for Banking and Finance Dialogue Systems. Retrieved from Cornell University: https://arxiv.org/abs/1804.04838
Cizek, G. (2003). Detecting and preventing classroom cheating: Promoting integrity in assessment. Corwin Press.
Deryugina, O. (2010). Chatterbots. Scientific and Technical Information Processing, 143-147.
Friedman, H. S., & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hendra, J., Sabran, Idris, M. M., Djawad, Y. A., Ilham, A., & Ahmar, A. S. (2018). Kecerdasan Buatan. Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar.