Hallo semua! Perkenalkan saya Facet Erika Widya Ningrum, mahasiswa S1 Pendidikan Tata Boga angkatan 2021. Saya sekarang sedang menempuh semester 7 dengan beban studi pelaksanaan Asistensi Mengajar yang wajib diikuti oleh prodi pendidikan. Sebagian orang bertanya-tanya, apa itu Asistensi Mengajar? Pengertian dari Asistensi Mengajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan mahasiswa secara kolaboratif di luar kampus dibawah bimbingan dosen pembimbing lapangan, guru pamong, dan guru pembimbing. Kegiatan Asistensi Mengajar ini banyak manfaatnya loh, salah satunya adalah konversi 1 semester dengan 20 SKS termasuk KKN. Untuk pemilihan tempat Asistensi Mengajar, mahasiswa bisa memilih di sekolah manapun. Karena saya berasal dari Pendidikan Tata Boga yang merupakan kejuruan, sehingga pelaksanaan Asistensi Mengajar dilaksanakan di SMK. Dan saya memilih SMK Negeri 1 Turen sebagai tempat saya melaksanakan Asistensi Mengajar.
Kenapa di SMK Negeri 1 Turen?
Di SMK Negeri 1 Turen terdapat jurusan tata boga, sekarang disebut dengan konsentrasi keahlian kuliner, sehingga linier dengan program studi saya. Selain itu sekolah tersebut dekat dengan domisili saya sehingga memang dari sebelum melaksanakan Asistensi Mengajar, sudah memilih sekolah tersebut untuk melanjutkan kewajiban. Disana saya tidak sendiri, saya bersama 5 orang dari satu prodi yang sama, dan juga 6 orang dari prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2022, sehingga total personil yang melaksanakan Asistensi Mengajar di SMK Negeri 1 Turen tahun ajaran 2024/2025 ada 12 orang.
Pada saat pengantaran yaitu tanggal 26 Agustus 2024 berlangsung secara tertib, kami didampingi langsung dari pihak lp3. Kedatangan kami disambut dengan baik oleh bapak kepala sekolah beserta jajarannya, dan juga guru-guru dari konsentrasi keahlian kuliner serta guru-guru mata pelajaran sejarah. Setelah acara pengantaran, kami 6 mahasiswa boga diperkenalkan kepada guru-guru yang mengajar di konsentrasi keahlian kuliner oleh guru pamong. Setelah itu langsung ditunjuk untuk berdampingan dengan guru pembimbing, dan saya mendapatkan guru pembimbing Bu Okta dan Bu Dewi yang mengampu mata pelajaran PKWU di keas XI KULINER 1, 2, dan 3.
Minggu pertama saya ikut guru pendamping kekelas untuk mengobservasi bagaimana keadaan dikelas apalagi pada saat praktikum. Saya memperkenalkan diri kepada siswa-siswa dan menyampaikan bahwa untuk beberapa minggu kedepan saya mendampingi ibu guru dikelas ini. Saya cukup terkejut karena siswa-siswi tersebut tertarik pada saat saya perkenalan. Terlebih lagi pada saat pertama masuk pembelajaran praktik, sehingga saya bisa langsung mengetahui bagaimana praktik  PKWU di kelas XI KULINER.
Kegiatan akademik di konsentrasi keahlian kuliner ada pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. pada pembelajaran teori, saya berkesempatan untuk menjelaskan beberapa materi seperti desain dan rancangan produk, pemasaran produk, peluang usaha, kemasan dan labeling, serta perencanaan produk. Dengan menggunakan PPT sebagai sarana pembelajaran, supaya tampilan tidak monoton. Sebagai guru magang, saya harus bisa belajar bagaimana menghandle kelas supaya tetap kondusif, ya namanya guru Gen Z, asalkan murid memperhatikan saat saya menjelaskan, itu sudah termasuk cara menghargai orang lain. Salah satu cara saya supaya murid-murid tetap focus pada pembelajaran yaitu dengan memberikan games yang berhubungan dengan materi. Disini saya membuat semacam TTS dengan materi pemasaran produk. Bagi siswa yang bisa menjawab clue yang saya berikan, akan mendapatkan jajan sebagai bonus. Dan benar saja mereka bersemangat dan kegirangan. Ternyata seru loh!
Sesuai dengan nama mata pelajarannya yaitu PKWU atau Projek Kreatif dan Kewirausahaan, maka pembelajaran praktik siswa kelas XI KULINER adalah berwirausaha. Berwirausaha gimana maksudnya? Jadi dalam satu kelas dibagi menjadi 10 kelompok, yang mana perkelompok beranggotakan 3-4 orang. 4 hari sebelum praktikum, masing-masing kelompok harus berkonsultasi mengenai produk yang akan diproduksi, setelah itu setiap kelompok harus membuat pamflet atau poster untuk mempromosikan produk mereka. Siswa-siswi biasanya mempromosikan produknya melalui instastory ataupun status whatsapp. Â Berikut beberapa poster promosi yang dibuat oleh setiap kelompok siswa.
     Â
Adapun beberapa produk yang sering diproduksi di kelompok tersebut antara lain: pangsit jebew, mie jebew, basreng chili oil, pentol pedas, pudding, es lumut, es semangka, es kuwut, piscok, ricebowl, dimsum mentai, corn ribs dan masih banyak lagi.
Pada saat praktikum, semua anggota wajib bekerja sama. Ada yang mempersiapkan kemasan, ada yang mengolah, dan ada yang finishing produk. Sebelum mereka berkeliling menjajakan produk, masing-masing kelompok menyetorkan 1 porsi ke depan untuk dievaluasi dari segi rasa, kemasan, tekstur, supaya produk yang dijajakan lebih maksimal dan tidak ada yang mengecewakan. Jumlah porsi yang dibuat pun ada batas minimalnya yaitu 40 porsi.
Saya mengambil contoh dari salah satu kelompok yang memproduksi mie jebew dengan total porsi yang dijual sebanyak 50 porsi. Dengan harga jual Rp. 10.000 per porsinya, makan laba kotor yang didapat sebesar Rp. 500.000. Lalu diambil untuk modal sebesar Rp. 200.000, dan biaya penyusutan alat, gas, air, dan lain-lain sebesar Rp. 30.000, maka laba bersih yang didapatkan kelompok tesebut sebesar Rp. 270.000. Bukankah itu adalah nominal yang besar untuk pendapatan siswa?
Siapa sangka, mereka sangat kreatif, dalam membuat produk. Hal ini bisa mengasah keterampilan berwirausaha mereka. Tidak hanya memproduksi, mereka juga belajar bagaimana cara menghitung harga penjualan supaya mendapat keuntungan. Dengan kemampuan yang dapat dikembangkan bisa menjadi potensi untuk menjadi seorang wirausahawan muda.Â
Dengan praktik disetiap minggunya, dapat mengasah konsistensi dari siswa dan siswi. Selain itu mereka juga bisa memanage waktu, bekerja sama dengan siswa lain, sampai bagaimana berinteraksi dengan konsumen. Secara tidak langsung mereka juga meningkatkan soft skill dan hard skill sebagai bekal untuk dibawa ke dunia industry.
Secara keseluruhan, kegiatan Asistensi Mengajar ini memberikan saya pengalaman yang berharga dalam perjalanan akademik saya. Dari berbagai lika-liku yang saya alami, keberhasilan yang diraih, target yang terwujud bersama siswa-siswi, dapat membukakan pikiran saya. Saya belajar bahwa mengajar tidak hanya sekedar memberikan materi di kelas, tetapi juga bagaimana membangun hubungan yang saling menghargai sesama warga sekolah, menciptakan lingkungan yang positif, serta membantu mengatasi permasalahan siswa baik secara akademik maupun non akademik. Saya percaya bahwa pengalaman yang sekarang saya dapatkan, dapat menjadi bekal disetiap langkah menuju masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H