Saya mengambil contoh dari salah satu kelompok yang memproduksi mie jebew dengan total porsi yang dijual sebanyak 50 porsi. Dengan harga jual Rp. 10.000 per porsinya, makan laba kotor yang didapat sebesar Rp. 500.000. Lalu diambil untuk modal sebesar Rp. 200.000, dan biaya penyusutan alat, gas, air, dan lain-lain sebesar Rp. 30.000, maka laba bersih yang didapatkan kelompok tesebut sebesar Rp. 270.000. Bukankah itu adalah nominal yang besar untuk pendapatan siswa?
Siapa sangka, mereka sangat kreatif, dalam membuat produk. Hal ini bisa mengasah keterampilan berwirausaha mereka. Tidak hanya memproduksi, mereka juga belajar bagaimana cara menghitung harga penjualan supaya mendapat keuntungan. Dengan kemampuan yang dapat dikembangkan bisa menjadi potensi untuk menjadi seorang wirausahawan muda.Â
Dengan praktik disetiap minggunya, dapat mengasah konsistensi dari siswa dan siswi. Selain itu mereka juga bisa memanage waktu, bekerja sama dengan siswa lain, sampai bagaimana berinteraksi dengan konsumen. Secara tidak langsung mereka juga meningkatkan soft skill dan hard skill sebagai bekal untuk dibawa ke dunia industry.
Secara keseluruhan, kegiatan Asistensi Mengajar ini memberikan saya pengalaman yang berharga dalam perjalanan akademik saya. Dari berbagai lika-liku yang saya alami, keberhasilan yang diraih, target yang terwujud bersama siswa-siswi, dapat membukakan pikiran saya. Saya belajar bahwa mengajar tidak hanya sekedar memberikan materi di kelas, tetapi juga bagaimana membangun hubungan yang saling menghargai sesama warga sekolah, menciptakan lingkungan yang positif, serta membantu mengatasi permasalahan siswa baik secara akademik maupun non akademik. Saya percaya bahwa pengalaman yang sekarang saya dapatkan, dapat menjadi bekal disetiap langkah menuju masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H