Kata budaya sudah tak asing di telinga kita bukan? Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang atau masyarakat serta diwariskan dari generasi ke generasi.
Setiap wilayah memiliki cara hidup yang berbeda-beda sesuai yang diwariskan dari nenek moyang.
Salah satu budaya pada timur Indonesia, Kabupaten Jayapura tepatnya di Sentani memiliki beragam budaya dan hingga kini masih di wariskan oleh anak cucu. Sebut saja cara berburu, merayakan hasil buruan, perkawinan, pahatan kayu, ukiran batik, penyambutan tahun baru, suling tambur, dan sebagainya.
Kini sudah memasuki tahun baru 2023, kebiasaan ataupun budaya Sentani selalu kental dengan tradisi penyambutan tahun baru. Tak hanya dirayakan saat momen pukul 00.00 pada 1 Januari dengan menyalahkan kembang api dan petasan saja namun selama bulan Januari mulai tanggal 1 - 31 Januari selalu dirayakan pada setiap kampung, bukan satu kampung merayakan terus-menerus tetapi ikatan Sentani yang begitu kental dan erat sehingga sudah di sepakati setiap tanggal satu kampung yang merayakannya dan begitu seterusnya untuk setiap kampung, bahkan ada kampung yang bisa merayakannya 3-4 kali dalam sebulan.
Namun tradisi penyambutan tahun baru di Sentani terus mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan jaman.
Sebelumnya perayaan tahun baru setiap tanggalnya dilakukan hanya pada saat subuh tarian diatas perahu jonson dengan mengilingi kampung hingga pagi hari dan dilanjutkan dengan permainan suling tambur dan diiringi dengan lagu khusus tahun pada sore hari, setelah itu makan bersama lalu pulang.
Namun karena perkembangan jaman dan selilingi dengan kreativitas para pemuda, perayaan tahun baru semakin berbeda. Suling tambur masih tetap ada hanya kini ditambah sedikit bumbu yakni acara goyang bukan saja diiringi oleh suling tambur namun menggunakan musik dan lagu tren seperti chacha, sirine ambulance, dan sebagainya.
Acara goyang bukan pada pagi ataupun sore, namun waktunya berbeda yakni malam sampai pagi dan pesertanya sudah pasti para pemuda juga sedikit tambahan orangtua dan lebih ngerinya yakni anak-anak usia sekolah.
Anak-anak sekolah terlebih yang tidak diperhatikan dan dirawat oleh orangtuanya pada umumnya pasti ditemui dalam acara-acara seperti ini.
Lalu apa kaitannya dengan laju pendidikan? Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah di Sentani cenderung menurun. Guru-guru ke sekolah hanya menemui kelas dan bangku kosong saja. Siswa kemana?