Mohon tunggu...
Eren hNt
Eren hNt Mohon Tunggu... Wiraswasta -

I'm only an ordinary woman with an ordinary life.. Homestayeren.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Cinta Untuk Ibu

2 Oktober 2015   22:39 Diperbarui: 2 Oktober 2015   22:39 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuhku limbung, lidahku kelu, air mata tak dapat aku tahan lagi. Entah apa yang mereka bicarakan setelah itu karena aku sudah tak ingin mendengar. Anak haram?, jadi itu kenapa ayah begitu membenciku. Jadi itu kenapa perlakuannya padaku begitu berbeda dengan perlakuannya ke mas Hendra, kakakku. Dan itu mengapa beberapa hari ini ibuku menangis hingga matanya bengkak. Itu juga kenapa ayah tak mengijinkanku melanjutkan kuliah, bahkan menampar wajahku saat aku bertanya kenapa mas Hendra diperbolehkan kuliah sedang aku tidak. Dan jawaban dari semua pertanyaanku selama ini ternyata begitu menyakitkan. Dan meskipun sakit, tetap saja aku harus membuat keputusan.

Ibu, aku sudah mendengar perbincangan ibu dan ayah semalam, maaf. Jadi ibu, ini kenapa kesedihan tak pernah hilang dari wajahmu yang cantik. Ini kenapa air mata tak pernah susut dari matamu yang indah. Ayah (jika masih boleh aku sebut begitu), sedang menghukummu karena melahirkan anak haram sepertiku. Sungguh, jika aku tahu kalau kehadiranku menjadi sebuah bencana bagimu, maka aku akan membunuh diriku sendiri sebelum berkembang menjadi janin. Jangan bersedih lagi ibu, jika dia ingin aku pergi, aku akan pergi. Tapi aku pergi bukan untuk mengutuki takdir, aku hanya ingin membuatmu bangga karena telah melahirkan anak sepertiku. Aku ingin melihat taman bunga dalam senyumanmu dan telaga warna di bening indah matamu. Tolong bilang pada ayah bahwa aku tak pernah membencinya dan sampaikan terima kasihku padanya karena telah merawatku sekian lama meskipun tiap melihatku hatinya terluka. Ibu, satu hal yang harus ibu tahu, aku mencintaimu.

Aku melipat kertas putih itu lalu menaruhnya di atas meja kamar. Sepertinya tawaran sahabatku Dio untuk menyusulnya ke Jakarta tak perlu lagi aku pertimbangkan. Jakarta, aku datang.

*****

Nb: Untuk membaca  karya peserta lain silahkan menuju akun fiksiana community  http://m.kompasiana.com/androgini

Silahkan bergabung di fb fiksiana community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun