Tubuhku limbung, lidahku kelu, air mata tak dapat aku tahan lagi. Entah apa yang mereka bicarakan setelah itu karena aku sudah tak ingin mendengar. Anak haram?, jadi itu kenapa ayah begitu membenciku. Jadi itu kenapa perlakuannya padaku begitu berbeda dengan perlakuannya ke mas Hendra, kakakku. Dan itu mengapa beberapa hari ini ibuku menangis hingga matanya bengkak. Itu juga kenapa ayah tak mengijinkanku melanjutkan kuliah, bahkan menampar wajahku saat aku bertanya kenapa mas Hendra diperbolehkan kuliah sedang aku tidak. Dan jawaban dari semua pertanyaanku selama ini ternyata begitu menyakitkan. Dan meskipun sakit, tetap saja aku harus membuat keputusan.
Ibu, aku sudah mendengar perbincangan ibu dan ayah semalam, maaf. Jadi ibu, ini kenapa kesedihan tak pernah hilang dari wajahmu yang cantik. Ini kenapa air mata tak pernah susut dari matamu yang indah. Ayah (jika masih boleh aku sebut begitu), sedang menghukummu karena melahirkan anak haram sepertiku. Sungguh, jika aku tahu kalau kehadiranku menjadi sebuah bencana bagimu, maka aku akan membunuh diriku sendiri sebelum berkembang menjadi janin. Jangan bersedih lagi ibu, jika dia ingin aku pergi, aku akan pergi. Tapi aku pergi bukan untuk mengutuki takdir, aku hanya ingin membuatmu bangga karena telah melahirkan anak sepertiku. Aku ingin melihat taman bunga dalam senyumanmu dan telaga warna di bening indah matamu. Tolong bilang pada ayah bahwa aku tak pernah membencinya dan sampaikan terima kasihku padanya karena telah merawatku sekian lama meskipun tiap melihatku hatinya terluka. Ibu, satu hal yang harus ibu tahu, aku mencintaimu.
Aku melipat kertas putih itu lalu menaruhnya di atas meja kamar. Sepertinya tawaran sahabatku Dio untuk menyusulnya ke Jakarta tak perlu lagi aku pertimbangkan. Jakarta, aku datang.
*****
Nb: Untuk membaca  karya peserta lain silahkan menuju akun fiksiana community  http://m.kompasiana.com/androgini
Silahkan bergabung di fb fiksiana community
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI