Lalu apa yang harus aku lakukan Dayat?, tidakkah kamu punya sedikit empati untuk membantuku mengurai benang kehidupan yang pelik ini?. Aku butuh solusi Dayat, bukan sekedar pelukan erat yang kini mulai beraroma kepalsuan dan tak lagi mampu menenangkan.
Bahkan media mulai mencium bau anyir perselingkuhan kita. Entah sampai kapan aku berlindung di balik kata "no comment" setiap kali awak media menyodorkan pertanyaan yang hampir sama.
"Apakah benar seorang bintang yang sedang bersinar, yang memulai karir menyanyinya dari nol, seorang Shafira, ternyata menjadi simpanan seorang pegawai Bank."
Pegawai Bank rendahan, bukankah itu memang profesimu Dayat?. Bahkan mobil yang kau kendarai tiap hari itu adalah pemberianku. Begitu juga jam tangan yang terlihat terlalu mahal untuk berada di pergelangan tanganmu. Semua barang mahal yang kamu kenakan itu Dayat, hasil keringatku. Dan kamu malah menghukumku seperti ini.
Harga diri, nama baik, dan karir yang susah payah aku bangun, hancur seketika. Apa bagusnya hidup sebagai selingkuhan Dayat?. Lihat!, Pria pria yang dulu menatapku hormat, kini tatapannya terlihat nakal, seolah olah aku telanjang meskipun aku berpakaian. Aku tak ubahnya seorang pelacur yang tak punya lagi harga diri.Â
Kalau sudah begini, siapa yang harus aku salahkan?. Kamu yang telah begitu tega mempermainkanku, ataukah kebodohanku sendiri yang membuatku seperti kerbau dungu dengan tali kekangnya yang bernama cinta.
Ah, sudahlah Dayat, aku tak mau lagi bertanya, aku tak lagi butuh jawaban. Toh kamu tak mampu lagi berkata kata karena malaikat maut telah mencabut paksa nyawamu satu satunya.
Ma'af Dayat, anggur merah yang aku berikan usai percintaan kita tadi, telah aku bubuhi racun. Tapi kamu tak perlu takut karena isi gelas yang satunya akan segera berpindah ke lambungku. Â Dan kamu tahu sayang?, hidup di dunia aku sudah tak tahan, tapi aku tak mau ke neraka sendirian.
Â
***
Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan