Mohon tunggu...
Eremnes HD
Eremnes HD Mohon Tunggu... Freelancer - Newbie Photographer || Historian wannabe

Alumni Ilmu Sejarah yang masih perlu banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melayang bersama Layang-layang

12 Desember 2020   16:18 Diperbarui: 13 Desember 2020   04:36 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan Musim Layangan 

Pada beberapa bulan lalu, beberapa kawasan di Indonesia, tidak terkecuali dengan daerah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya mengalami fenomena alam berupa hembusan angin yang cukup kencang. Hal ini memang biasa terjadi di pertengahan tahun, antara Juni hingga sekitar Agustus, yang ditengarai sebagai tanda pergantian musim.

Momen tersebut seolah membangunkan kembali kegiatan telah tertidur selama hampir setengah tahun, yaitu budaya layang-layang, atau dalam bahasa lokal, populer dengan istilah layangan.

Bermain layangan ini membius hampir semua lapisan masyarakat, dari dewasa hingga anak-anak, semuanya ikut serta memeriahkan musim layang-layang kali ini.

Populernya permainan tradisional layangan juga menjadi sebuah ajang pewarisan pengetahuan antargenerasi. Proses pewarisan tersebut lebih mudah dikatakan dengan penggambaran seorang ayah yang mengajari anaknya mengenai permainan ini, mulai dari mengenalkan, proses pembuatan, cara menerbangkan, hingga mengkreasikannya.

Pewarisan ilmu kelayang-layangan ini kemudian berdampak pada munculnya berbagai bentuk kreasi layang-layang yang beredar dan mengangkasa, mulai yang dari bentuk basic dengan beraneka warna atau gambar, hingga yang berukuran besar berbentuk ikan, naga, hingga kuntilanak.

Proses tersebut juga menghidupkan kembali industri pembuatan layang-layang, yang tentunya menjadi salah satu alternatif menggerakkan roda ekonomi di sektor mikro.

Namun, sebenarnya keberadaan musim layangan ini, selain berdampak bagi beberapa segi kehidupan, harusnya juga dapat memberikan dampak bagi dunia pendidikan.

Apalagi dengan kondisi pembelajaran yang masih serba jarak jauh dan terbatas, tentunya menjadi suatu hal lumrah jika siswa atau anak-anak menjadi cepat sekali bosan. Sehingga dengan adanya momen musim layang-layang ini, dapat dimanfaatkan sebagai media belajar yang menarik.

Belajar dan Bermain dengan Layang-Layang

Apabila mencoba untuk membandingkan pendapat ketika anak-anak diberikan pilihan antara bermain layang-layang atau belajar materi yang diajarkan di sekolah, maka bukan tidak mungkin mayoritas akan memilih untuk bermain.

Hal ini dapat dikatakan cukup lumrah, dikarenakan kegiatan seperti bermain terdengar dan terasa lebih menyenangkan, apabila dibandingkan dengan belajar. Diperkuat lagi apabila proses belajar tersebut memang disampaikan dengan metode yang monoton dan membosankan.

Namun, bagaimana jika permainan tradisional layang-layang tersebut dapat digunakan sebagai media pembelajaran ?. Tentunya akan menjadi suatu alternatif media yang menarik, dikarenakan pada dasarnya permainan layangan ini dapat melingkupi beberapa aspek dalam kehidupan, yang juga ikut menyinggung proses belajar mengajar.

Salah satu contohnya adalah ketika seorang ayah mengajari anaknya cara membuat dan menerbangkan layang-layang, yang dalam proses tersebut secara tidak langsung terjadi proses pembelajaran antara orang tua dan anaknya.

Permainan tradisional layang-layang, apabila direnungkan memiliki banyak sisi yang cukup kompleks dan bersinggungan dengan berbagai segi kehidupan, sehingga sangat cocok apabila permainan ini menjadi objek media pembelajaran.

Layangan tentunya tidak begitu saja muncul dan tiba-tiba populer, tentunya memiliki perjalanan yang cukup panjang, dari awalnya yang mungkin bisa menjadi sebuah sarana komunikasi, menjadi sebuah permainan yang digemari anak-anak, utamanya di desa yang memiliki lahan cukup luas. Kemudian berkembang menjadi lahan bisnis, hingga membentuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Kondisi lingkungan akibat pandemi covid19 yang mengharuskan kegiatan belajar mengajarnya dilakukan secara daring. Metode pembelajaran daring yang memanfaatkan media sosial dan berbagai sarana lainnya cenderung memiliki keterbatasan untuk menyampaikan materi. Dampaknya, hal tersebut tidak jarang menyebabkan munculnya rasa bosan antara pengajar maupun pelajar, akibat teknik yang monoton dan berbasis tugas.

Sehingga, diperlukan suatu alternatif metode yang dapat dimanfaatkan sebagai angin penyegar dari masalah monotonnya praktek belajar mengajar secara daring.

Salah satu hal yang paling dekat dengan lingkungan masyarakat saat ini adalah fenomena musim layang-layang, yang dari titik momen tersebut, apabila dicermati dapat menjadi salah satu pilihan cara belajar yang lebih menyenangkan.

Tentunya perlu ditinjau kembali dari materi pelajaran yang akan disampaikan, yang kemudian konsep yang ada dalam permainan layang-layang tersebut dapat diadaptasikan ke dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Pemanfaatan layang-layang sendiri sebenarnya juga dimaksudkan untuk menarik minat dan mengasah kreatifitas pelajar dalam memahami materi yang diajarkan.

Misalnya, ketika menyampaikan materi bangun datar layang-layang, daripada hanya menggambar objek imajiner, yang tidak nyata, dan mengharuskan siswa untuk membayangkan, maka dengan mempraktekkan langsung pembuatan layang-layang dengan memberikan kebebasan berkreasi akan lebih menarik dan mengasyikkan.

Ataupun apabila tidak bisa dengan menerapkan hal tersebut, menggambarkan materi dengan objek nyata sudah sangat cukup untuk menarik minat, apalagi jika objek tersebut memang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Alternatif Pilihan Belajar dengan Layang-Layang sesuai Minat

Sebenarnya banyak sekali nilai-nilai ataupun konsep-konsep yang dapat diambil dari permainan layang-layang untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Mulai dari sejarahnya, pemanfaatan dari sudut perekonomian, unsur-unsur matematis, pemahaman mengenai arah angin, ataupun hanya sekedar untuk melatih kreatifitas dan kemampuan fisik (seperti untuk mengejar layangan jatuh).

Keberadaan musim layang-layang pun juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan pelajar dalam bidang literasi, misalnya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, dengan belajar menuliskan essay terkait fenomena tersebut.

Bagi mata pelajaran sejarah, akan sangat menarik apabila dapat memanfaatkan momen musim layang-layang ini dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan permainan layang-layang sendiri tidak muncul begitu saja tanpa ada asal muasalnya. Sehingga amat sangat mungkin apabila mencoba untuk mengkaji atau menguraikan mengenai sejarah munculnya layang-layang, ataupun bagaimana perkembangan budaya layang - layang.

Misalnya seperti pemanfaatannya ketika masa klasik, ataupun ketika pasca proklamasi kemerdekaan, apakah fungsinya juga sama, yaitu sebagai permainan atau mengisi waktu luang, atau mungkin memiliki fungsi tertentu, sebagai media berkirim pesan rahasia misalnya.

Berbeda lagi apabila menerapkannya pada mata pelajaran ekonomi, mungkin akan lebih cocok apabila digunakan sebagai suatu pengembangan enterpreneurship dengan memanfaatkan momen layang-layang, yaitu dengan semacam belajar berwirausaha dengan produk utamanya yaitu layang-layang dan perlengkapannya.

Di sisi lain, apabila mengacu pada materi akuntansi, maka bisa diajarkan bagaimana pembukuan pada suatu industri kecil terkait layang-layang. Walau mungkin kesannya agak aneh dan remeh, tetapi hal tersebut bisa memberikan sedikit pengalaman langsung dan memberikan kesan lebih, daripada hanya bermain imajinasi dari studi kasus tertentu ataupun hanya berupa teori belaka.

Lalu jika melihat dari sisi mata pelajaran sosiologi akan lebih menarik lagi, karena lebih banyak bersinggungan dengan masyarakat. Misalnya saja dengan belajar mengenai interaksi sosial yang terjadi dalam suatu komunitas pelayang (orang yang menggemari atau menekuni permainan layang-layang), atau bisa juga dengan memperhatikan, mengamati, bahkan berpartisipasi langsung dalam interaksi antar pemain layang - layang yang ada di sekitar rumah, dengan tujuan untuk mempelajari pola interaksi yang terbentuk, apakah asosiatif ataupun disosiatif, atau bahkan akan muncul suatu strtukur dan diferensiasi sosial di dalamnya. Hasil observasi tersebut dapat dijadikan sebagai suatu laporan penelitian jika telah sampai pada materi atau bab penelitian sosial, atau bisa juga dengan memberikan kesempatan langsung untuk menguraikan apa saja hal yang didapat dari interaksi dengan para pelaku layang - layang, baik dalam lingkup komunitas maupun individu.

Memanfaatkan layang-layang untuk memprediksi arah hembusan angin mungkin bisa dimasukkan dalam suatu materi pelajaran geografi. Bisa saja melalui contoh studi kasus adanya fenomena musim layang-layang, yang dapat dihubungkan dengan adanya perubahan musim. Munculnya musim layangan sendiri sebenarnya adalah akibat dari mulai masuknya wilayah - wilayah di Indonesia ke musim kemarau, yang mana hal ini dapat dijadikan sebagai objek kajian pelajaran geografi, misalnya dengan membahas latar belakang atau faktor penyebab musim kemarau selalu identik dengan layang - layang. Untuk membahasnya dapat dengan mengamati langsung kondisi di lingkungan sekitar, dan dikombinasikan dengan materi - materi yang ada dalam buku pelajaran atau referensi lain.

Hal yang sama juga dapat diterapkan dalam mata pelajaran lain, seperti matematika, yang memang ada salah satu materi tentang bangun datar layang - layang. Metode yang diterapkan, yaitu dapat dengan memanfaatkan objek berupa layang-layang secara langsung, daripada hanya berupa gambar imajiner.

Hal ini sebenarnya juga memiliki kesamaan dengan pemanfaatan etnomatematika dari objek-objek kebudayaan yang ada di sekitar kita sebagai gambaran atau penjelasan secara langsung dari teori-teori dan rumus-rumus matematika.

Alternatif lain adalah dapat dengan memanfaatkan rumus bangun datar layang - layang untuk membuat layang - layang itu sendiri, ataupun rumus bangun datar atau bangun ruang yang kemudian dapat digunakan untuk mengkreasikan bentuk layang - layang.

Tentu sebenarnya masih banyak lagi alternatif metode pembelajaran dengan bermediakan permainan tradisional yang sangat populer ini. Salah satunya misal pelajaran olahraga yang dikombinasikan dengan kegiatan mengejar layangan putus yang biasanya akan dijadikan kompetisi antar para pelayang, dengan berlomba untuk mendapatkannya.

Begitu pula dengan mata pelajaran lain yang tentunya sudah sangat berkaitan dengan kreasi dan kreatifitas, seperit seni rupa yang dapat mengarahkan untuk membuat kreasi seni bentuk layang-layang yang lebih bervariasi.

Mari Melayang bersama Layang-Layang

Konsep dari judul melayang bersama layang-layang pada dasarnya adalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu memanfaatkan fenomena musim layang-layang, atau objek langsung berupa layangan itu sendiri sebagai suatu media ataupun sekedar pengantar atau pemantik dalam suatu pembelajaran.

Konsep dan unsur yang membentuk budaya permainan layang-layang yang sangat kompleks hendaknya dapat menjadi suatu titik yang dapat dikembangkan melalui penyampaian pengajar dalam suatu proses belajar mengajar yang selama ini mungkin cenderung dinilai membosankan, apalagi dengan diterapkannya sistem pendidikan jarak jauh.

Pada dasarnya fenomena yang muncul di sekitar kita, sekecil apapun itu, sebenarnya bisa ditarik ataupun dijadikan pembelajaran atau sekedar topik diskusi yang nyrempet-nyrempet, salah satunya adalah layang-layang ini. Sehingga, apa yang sebenarnya diajarkan tidak memberikan kesan monoton, hanya berbasis buku dan teori membosankan, ataupun kurang kreatif.

Melalui kepekaan dan pemanfaatan berbagai hal di sekitar, setidaknya suatu proses pembelajaran dapat menjadi lebih dinamis, dengan misalnya seperti melayang bersama layang-layang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun