Mohon tunggu...
Eremnes HD
Eremnes HD Mohon Tunggu... Freelancer - Newbie Photographer || Historian wannabe

Alumni Ilmu Sejarah yang masih perlu banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Panggung Sandiwara Moriarty

10 Desember 2020   08:15 Diperbarui: 10 Desember 2020   08:28 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sementara, pada akhir dari panggung sandiwara tersebut akan ditutup dengan pengorbanan dari komplotan Moriarty ini, yang muncul sebagai lord of crime yang akan “mati” ketika pertunjukan atau skenario revolusinya telah usai.

Moriarty sendiri dalam melancarkan rencananya menggunakan pion – pionnya, tetapi dengan cara yang cukup menarik. Para tokoh atau pemain dalam drama revolusinya ini dipilih dengan cara seksama, seperti misalnya memberikan kesempatan bagi para korban bangsawan yang sebagian besar adalah orang – orang kelas bawah untuk menjadi bagian dari rencananya untuk menghancurkan dan mengungkap sisi gelap kelas atas.

Ataupun salah satu hal yang menarik adalah dengan teknik menangkap pencuri dengan pencuri. Namun, secara umum, dapat dikatakan bahwa dalam menuntaskan kisah di panggung sandiwaranya, sang lord of crime ini telah menempatkan status dan peran dari masing – masing tokohnya.

Panggung Sandiwara, Status, dan Peran

Memang terkesan sedikit aneh ketika merangkum garis besar kisah dari serial anime Moriarty The Patriot dengan langsung menutup ceritanya dengan gambaran “pengorbanan” dari sang tokoh utama, karena saya sendiri juga belum tahu bagaimana akhir cerita dari sudut pandang sang pengarang versi ini.

Tetapi sebenarnya yang ingin saya garis bawahi adalah mengenai konsep “panggung sandiwara” yang dibuat oleh Moriarty untuk menjalankan upaya revolusinya terhadap sistem kelas. Selain itu juga mengenai penetapan dan pemilihan status dan peran bagi para aktor yang akan ditampilkannya dalam kisah tersebut, misalnya peran Sherlock Holmes yang dijadikannya sebagai “cahaya yang menerangi kegelapan”.

Ketika memikirkan mengenai ketiga hal tersebut, yaitu panggung sandiwara, status, dan peran, saya sempat teringat yang disampaikan salah seorang guru saat mengajar mata pelajaran Sosiologi ketika saya masih kelas X MA.

Seingat saya, beliau menganalogikan kehidupan sosial masyarakat yang ada di sekitar kita adalah sebuah panggung sandiwara, yang mana setiap individu – individu di dalamnya, termasuk kita sendiri memiliki status dan perannya masing – masing.

Sebagai contoh, ketika di lingkungan sekolah, maka pada saat itu, saya berstatus sebagai salah satu pelajar kelas X, dan juga peran yang saya lakukan adalah sebagaimana layaknya pelajar yang menimba ilmu di sebuah lembaga sekolah.

Lalu, mengapa kok disebut juga sebagai panggung sandiwara ?. Jika menilik dari lirik lagu berjudul Panggung Sandiwara yang dulu sempat populer, yaitu

            “Dunia ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun