Mohon tunggu...
erdian hidayat
erdian hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UMPO

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Digital Age Knowledge Management in College Libraries

18 Juli 2023   19:30 Diperbarui: 18 Juli 2023   19:32 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Digital Age Knowledge Management in College Libraries

 

Pendahuluan 

            Pengetahuan adalah aset disuatu organisasi yang mempengaruhi pengguna seluruh sumber daya pada organisasi dengan tepat. Pengetahuan merupakan suatu sumber daya tidak berkurang apabila dibagi atau sebar luaskan. Dengan menggunakan dan menyebar luaskan penegtahuan disetiap badan organisasi, pengetahuan akan tumbuh dan bertambah serta memiliki manfaat bagi kemajuan organisasi dan individu didalamnya. Pengetahuan ialah sumber daya abstrak, urgent dan bernilai dalam sebuah organisasi (James, 2004), serta merupakan sumber penunjang guna menciptakan kelebihan bersaing seperti keterampilan untuk memiliki kinerja yang lebih mumpuni daripada organisasi lain (Aerts, Dooms, dan Haezendonck, 2017). Menurut Odor (2018), pengetahuan merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dengan cara yang diharapkan, yang memungkinkan guna mencapai tujuan. Pengetahuan merupakan aset yang tidak terlihat atau tidak memiliki bentuk fisik, yang pendapatannya terjadi dengan proses cendekiawan yang bernaekaragam dari persepsi, pembelajaran, komunikasi, asosiasi dan penalaran. Pengetahuan ini dikelompokkan atau terbagi menjadi dua, yaitu: taksit (tacit knowledge) dan eksplisit (explicit knowledge). Taksit (tacit knowledge) merupakan pengetahuan dari para ahli baik individu maupun masyarakat yang berbentuk know-how, pengelaman, skill, pemahaman, maupun petunjuk praktis(rules of thumb) yang terdapat pada benak orang yang mengetahui (Wahono, 2006 dalam Sutrisna, 2018), sedangkan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge) merupakan pengetahuan tertulis, tersimpan, tersebar dalam bentuk cetak maupun eletronik, dapat diekspresikan dengan kalimat dan angka, serta mampu disampaikan dalam bentuk ilmiah, perincian atau manual dan bisa sebagai bahan pembelajaran (reference) untuk orang lain.

Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) merupakan suatu pendekatan sistematis guna mengumpulkan, mengorganisir, menyimpan, dan membagikan pengetahuan di dalam suatu organisasi. Dalam konteks perpustakaan perguruan tinggi, manajemen pengetahuan era digital melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengelola, mempreluas, dan memberikan akses yang efisien ke sumber daya informasi yang menarik. Di era digital saat ini terjadi perubahandimana masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan. Layanan yang disediakan perpustakaan harus mengikuti informasi terkini, sehingga mengaplikasikan manajemen pengetahuan adalah suatu kewajiban. Manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi dapat mendorong pengumpulan pengetahuan beserta penyebaran pengetahuan, mempromosikan hasil karya ilmiah civitas akademika, serta melindungi kekayaan ilmuwan. Penerapan manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi agar pengetahuan taksit dan ekplisit disimpan sehingga jika diperlukan kembali oleh individu atau organisasi dapat digunakan kembali. Manajemen pengetahuan sebagai tempat repositori lembaga perpustakaanpperguruan tinggi guna mensupport pengejaran dan pembelajaran, serta penelitian.

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting pada penyediaan akses ke pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa, fakultas, dan civitas akademika. Perpustakaan ialah jantungnya PerguruanTinggi berfungsi menyalurkan sumber-sumber informasi yang dikelola dan dimiliki guna mampu dimanfaatkan oleh civitas akademika. Dalam era digital yang terus berkembang manajemen pengetahuan di perpustakaan perguruan tinggi menjadi semakinpenting dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya elektronik dan memenuhi kebutuhan informasi yang terus berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir perpustakaan perguruan tinggi telah mengalami perubahan yang signifikan dengan berkembangnya teknologi informasi dan transformasi digital. Perpustakaan tradisional yang sebelumnya berfokus pada koleksi buku cetak, telah berubah menjadi perpustakaan digital yang menyediakan jalur berbagai sumber elektronik, seperti e-book, jurnal ilmiah, basis data, dan sumber data digital/eletronik lainnya.

Perpustakaan digital memungkinkan mahasiswa dan fakultas untuk mengakses materi pembelajaran secara online, memperluas jaringan aksesbilitas informasi, dan mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran dan penelitian. Sistem manajemen pengetahuan terintegrasi digunakan untuk mengelola dan mengatur sumber daya informasi digital, dimana seperti pengindeksan, pencarian, dan pemeliharaan koleksi elektronik.

Pengelolaan pengetahuan era digital juga melibatkan upaya peningkatan literasi informasi dikalangan mahasiswa dan fakultas. Perpustakaan harus mampersiapkan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan supaya dapat membantu pengguna memahami cara menggunakan sumber daya elektronik secara efektif, melakukan pencarian canggih, dan mengevaluasi keaslian dan kualitas informasi yang mereka temui. Menjalin kerjasama dengan pihak eksternal, seperti penerbit, lembaga pendidikan lain, dan lembaga penelitian, juga menjadi bagian penting dalam pengelolaan pengetahuan era digital di perpustakaan perguruan tinggi. Kolaborasi ini memungkinkan perpustakaan untuk mendapatkan akses ke sumber informasi terbaru, melakukan pembelian bersama, dan bertukar informasi untuk memperluas jangkauan koleksi dan memenuhi kebutuhan pengguna.

Pembahasan  

            Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, dan segala sesuatu yang mengerti berkenan pada suatu hal. Pengetahuan memiliki arti kombinasi informasi, pengalaman dan wawasan (Empson, 1999 dalam Alhazmi, 2010), dikorelasikan dengan potensi keterampilan, kompetensi, cita-cita, intuisi, komitmen, dan motivasi yang dapat menguntungkan individu atau organisasi (Bello, 2018). Dalam sebuah organisasi, pengetahuan bukan hanya seperti dokumen atau repository, tetapi juga pada kebiasaan organisasi, proses, praktik, dan ketentuan. Dalam pengetahuan terbagi menjadi 2, pengetahuan taksit (tacit knowledge) & pengetahuan eksplisit (explicit knowledge).

            Pengetahuan taksit merupakan pengetahuan mengenai prosedur yang ada dalam benak manusia. Hal yang berkombinasi dengan pengetahuan taksit ialah pengetahuan mengetahui, menghasilkan, membagi dan mengatur sesuatu (Malhotra, 2005). Menurut Polanyi (1966) pengetahuan taksit memiliki beberapa sifat, diantaranya: 1) Tidak dapat dibagi; 2) Merupakan hal yang lebih banyak diketahui daripada disampaikan; 3) Seringkali terdiri dari kebiasaan dan budaya yang tidak dapat ditentukan sendiri; 4) Tidak dapat dikelompokkan; 5) Menggambarkan fakta; 6) Melibatkan pembelajaran dan keterampilan; 7) Terbentuk dalam kelompok dan hubungan organisasional, nilai inti, asumsi-asumsi dan keyakinan, sulit diidentifikasikan, disimpan, dihitung, dan dipetakan. Pengetahuan taksit sukar diutarakan, ditangkap, di record, diformalkan, serta ucapkan, bersifat private, disimpan dalam benak perorangan, dan disebarkan dengan interaksi sosial. Dalam organisasi memiliki tantangan tersendiri, tantangan tersebut ialah bagaimana organisasi mampu mengenali unsur-unsur pengetahuan taksit sehingga bisa diambil dan dirangkai ekplisit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun