Mohon tunggu...
ARa
ARa Mohon Tunggu... Lainnya - Pemula

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Protokol Kesehatan" Bukan Hal Baru di Dunia Islam

4 Agustus 2020   22:56 Diperbarui: 4 Agustus 2020   23:07 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#Relasi Agama dan KesehatanWabah Corona atau dikenal juga dengan covid-19 mulai menghebohkan dunia semenjak akhir tahun 2019. Kasus pertamanya ditemukan di Provinsi Wuhan, China. Di Indonesia sendiri, wabah ini mulai ramai dibincangkan dan menjadi sorotan semenjak awal Maret 2020 ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. 

Bagaimana tidak, semenjak ditemukan kasus pertamanya pada 02 Maret 2020 jumlah pasien positif terus meningkat. Hingga akhirnya pada 9 April 2020, pandemi ini sudah menyebar ke 34 provinsi dengan Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi paling terpapar.

Seiring berjalannya waktu dan terus bertambahnya pasien Covid-19, berbagi istilah baru kerap muncul dalam berbagai lini kehidupan. Salah satu istilah yang sering kita dengar adalah 'protokol kesehatan'. Protokol kesehatan sendiri adalah serangkaian aturan ataupun prosedur yang harus dijalankan agar tetap aman dari bahaya Covid-19. 

Beberapa hal yang di atur dalam protokol kesehatan ialah sering-sering mencuci tangan, menggunakan masker jika keluar rumah, menghindari kerumunan dan menjaga jarak, memperhatikan etika batuk dan bersin, menghindari sentuhan fisik (misal bersalaman), dan lain sebagainya.

Nah, bagaimana sebenarnya protokol ini dalam dunia Islam?? Bagi umat Islam, protokol kesehatan itu sejatinya bukan hal baru dan tentunya sudah sesuai dengan syariat Islam. 

dokpri
dokpri
Misalnya saja protokol kesehatan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri maupun linkungan.Berbicara mengenai kebersihan, tentu saja Islam telah mengajarkannya dengan pembahasan yang sangat detail dan jelas, sehingga kebersihan memiliki peranan besar dalam syari'at ini, bahkan bukan sekedar kebersihan, akan tetapi Islam mengajarkan tentang kesucian yang lebih tinggi derajatnya dari kebersihan. Allah berfirman:
"Dan Pakaianmu sucikanlah" (QS. Al-Muddattsir: 4)

Dalam sebuah hadits shohih riwayat Imam Muslim dikatakan:

"Kesucian/bersuci merupakan setengah/sebagian dari Iman" (HR. Muslim: 328).

Salah satu cara Islam dalam menjaga kebersihan adalah dengan berwudhu. Serangkaian gerakan wudhu mulai dari berkumur-kumur hingga mencuci kaki, semuanya berujung kepada kebersihan. Tidak hanya kebersihan secara dzahir, ternyata dalam dunia kesehatan, ditemukan beragam manfaat dari masing-masing gerakan wudhu. Berbagai penelitian tentang manfaat wudhu bagi kesehatan pun banyak dilakukan dan didapatkan hasil bahwa wudhu bermanfaat bagi berbagi sistem tubuh manusia.

Salah satunya berdasarkan penelitian dokter spesialis penyakit dalam dan penyakit jantung, Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim di London menjelaskan, dengan mencelupkan anggota tubuh ke dalam air (dalam hal ini wudhu) akan mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat. Selain itu juga dapat mengurangi kekejangan pada saraf dan otot, menormalkan detak jantung, mengatasi kecemasan dan insomnia (susah tidur).

Gerakan berkumur akan menguatkan otot wajah dan menjaga bibir tetap terhidrasi dengan baik serta mencegah bibir pecah-pecah.
Gerakan membersihkan lubang hidung dapat membersihkan lendir dan mengurangi kotoran pencemaran udara yang terhidup.
Gerakan wudhu membasuh muka dan telapak tangan, baik untuk menghilangkan debu dan mikroba tak terlihat.

Berwudhu dengan mengusap sebagian rambut dan kepala sangat baik dalam menjaga tekanan darah, karena membantu melancarkan aliran darah yang memberi kesegaran.

Berwudhu dengan membasuh kedua kaki sangat baik untuk menyehatkan saraf dan otot kaki yang tegang untuk kembali rileks. Serta sangat penting untuk menyingkirkan kotoran, bau kaki, mencegah jamur, dan kotoran di area kuku.

Selain tentang kebersihan, protokol kesehatan yang tidak kalah pentingnya adalah memakai masker. Dalam Islam sendiri, masker yang difungsikan untuk menutupi area hidung dan mulut bukanlah hal yang baru. Karena dalam Islam dikenal yang namanya cadar. Memang, cadar sendiri lebih dikhususkan dipakai oleh wanita untuk menghindari fitnah laki-laki. 

Namun secara tidak langsung memakai cadar mempunyai fungsi yang sama dengan masker, bahkan mempunya nilai plus dalam syariat. Menang tidak dapat dipungkiri bahwa cadar sudah lama menuai kontroversi, apakah ia termasuk budaya Arab atau syariat Islam. Yang jelas, dalam Mazhab Syafi'i, hukum memakai cadar yang paling ringan adalah Sunnah. Wallahu a'lam bisshawab.

Selain menjaga kebersihan dan memakai masker, dalam protokol kesehatan kita juga dianjurkan menjaga jarak (menghindari kerumunan) dan menghindari bersentuhan secara fisik. Dalam Islam ini tentu sudah tidak asing, khususnya lagi mengenai jarak/ batasan antara laki-laki dan perempuan. Laki- laki dan perempuan dalam Islam diharamkan untuk bersentuhan kulit. Dalam Al-Mu'jam Al-Kabir milik Imam Ath-Thabrani, dari Ma'qil bin Yasar berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersbda:

"Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya."

Tidak hanya menjaga jarak secara fisik, Islam bahkan lebih dari itu. Jangankan untuk bersentuhan kulit, untuk memandang lawan jenis saja (yang bukan mahram) Islam sudah melarangnya. Islam juga mengharuskan pemeluknya untuk menjaga kemaluan. Keharusan menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan ini diatur dalam firman Allah swt QS. An-Nur ayat 30-31.

Dari paparan di atas, sudah sangatlah jelas bahwa apa-apa yang diatur dalam agama Islam pada dasarnya bertujuan untuk kemaslahatan bagi umatnya. Protokol kesehatan yang sudah tidak asing lagi kita dengar belakang ini pada hakikatnya adalah ajaran Islam itu sendiri dan bukan sesuatu yang baru. Semoga dengan mengetahui hubungan Islam dengan kesehatan pada masa pandami ini bisa menambah kecintaann kita pada Islam dan menjadikan sayriat Islam sebagai gaya hidup agar kita senantiasa terhindar dari bahaya Covid-19.

Salam sehat, salam redaksi
Era Zufialina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun