Mereka cenderung bangga dan sombong bisa mendaptkan uang dengan tanpa bekerja sedikitpun. Bagaimana tidak sombong, mereka yang hanya petani dan buruh dengan bangganya pergi ke bank seakan-akan menjadi pegawai yang mengambil gaji setiap bulannya. Anak-anak mereka pun semakin bertambah keinginan dan kenakalannya.
Ketidakrataan keluarga yang menerima PKH juga merupakan faktor belum berhasilnya program ini dalam memutus rantai kemiskinan. Masih di kampung Saya, rata-rata keluarga yang menerima bantuan tersebut adalah keluarga dengan penghasilan  menengah ke atas. Memang di Kartu Keluarga (KK) mereka berprofesi petani, namun faktanya mereka adalah petani-petani yang bisa dibilang mampu dengan sawah dan kebun yang luas.Â
Di sisi lain, keluarga yang sebenarnya sangat-sangat membutuhkan malahan tidak mendapatkan sepeserpun. Fakta ini memang bukan kesalahan pemerintah pusat seutuhnya, bagaimanapun pemerintah daerah, seperti Wali Nagari (kepada desa) dan jajaranya sangat menentukan. Bagaimana tidak, merekalah yang mendata siapa saja keluarga penerima yang layak.Â
Melihat kuota penerima PKH tidak sebanyak keluarga yang pantas menerima, tentu para pejabat-pejabat desa lebih memprioritaskan keluarga dan kerabat dekatnya terlebih dahulu. Bisa dikatakan praktek nepotisme masih jadi momok yang menyebabkan ketidakrataan penyebaran program ini.
Dengan berbagai fakta tersebut, saya berharap agar jalannya Program Keluarga Harapan ke kepannya dapat lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah; agar pratkek nepotisme tidak lagi menjadi kambing hitam dalam pelaksanaan program ini.Â
Dana bantuan dari program ini harusnya bisa dimanfaatkan dengan bijak oleh masyarakat penerimanya. Misalnya, dengan menjadikan dana tersebut sebagai modal dalam berbagai usaha dan profesi, atau bisa juga ditabung sebagai  bentuk investasi ke depan demi membentuk keluarga sejahtera.Â
Para keluarga yang berstatus sebagai penerima bantuan ini juga diharapkan terus giat bekerja dan tidak terlena dengan bantuan yang ada. Semua usaha di atas diharapkan bisa menjadi jalan untuk mewujudkan  tujuan serta visi misi dari Program Keluarga Harapan ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H