Imam Osiah tidak berkata bahwa Gomer melahirkan untuknya seorang anak, karena ia menduga bahwa bayi laki-lakinya juga bukan anak ayahnya.
Kelahiran bayi-bayi itu menjadi gosip terhangat pada bulan-bulan itu. Setiap orang melontarkan cibiran dan komentar-komentarnya baik langsung maupun tidak langsung. Komentar baik, buruk bahkan yang kasar sekalipun. "Bukankah sudah aku katakan bahwa Gomer adalah tidak baik" bisik-bisik para tetangga.
Tetapi, bencana bagi imam Osiah belumlah berakhir.
Tidaklah berapa lama, Gomer melahirkan lagi seorang bayi laki-laki. Bayi ini diberi nama "Lo-Ammi", yang artinya "ia bukan umatKU" atau "AKU bukan Tuhannya".
Secara terang-terangan -sebagaimana biasa dilakukan manusia -Â semua orang berkata:
"Kami tidak akan mengecammu Pak Osiah, jika kamu tidak menyayangi bayi itu", "Itu bukanlah anakmu",
"Tetapi apakah tidak lebih buruk kalau Gomer sudah pergi lagi dan meninggalkanmu dengan tiga anak-anak yang masih kecil yang harus kamu rawat?"
"Kita sudah kasih tahu kamu Osiah, kamu sudah salah memilih seorang istri!!"
"Pak Osiah, bukankah keluarga yang kau bangun itu aneh sekali?""
"wanita kayak gitu Bapa Imam? ALLAH tidak akan mengampunimu kalau kamu tetap mempertahankannya"
Semua orang tidak bisa mengerti kejadian ini. Kita semua juga tidak bisa memahami cerita ini. Namun imam Osiah sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Bahkan, pada di kemudian hari, imam Osiah menebus kembali istrinya agar bisa bersatu kembali dengannya dari tempat pelacuran. Ia menebusnya seharga 15 sekel perak atau setara dengan setengah harga seorang budak laki-laki.