Tak heran jika Masjidil Haram adalah masjid terbesar di dunia. Dengan bangunan sedemikian luas, jamaah umroh bisa bebas memilih mau beribadah di mana. Berbeda dengan saat musim haji, Anda masih harus berdesakkan dengan jamaah lain di Masjidil Haram.
Rahasia Lantai Dingin Masjidil Haram
Anda yang belum berangkat umroh dan belum tau gambaran kondisi di masjidil haram mungkin penasaran, apakah jenis lantai yang digunakan untuk melapisi wilayah thawaf di masjidil haram?
Lantai di sekitaran ka'bah berwarna putih dilengkapi corak khas batuan alam terbentuk dari marmer yang didatangkan langsung dari Thassos, sebuah pulau di utara Yunani yang mempunyai batuan alam terbaik. Batuan alam ini sudah lama digunakan oleh kerajaan Romawi untuk membuat bangunan mereka.
Asalnya, lantai ini terbuat dari bongkahan marmer berwarna putih berkualitas tinggi. Batu itu dipotong dan diproses menjadi ubin marmer. Dengan ketebalan 5 cm setiap bloknya, membuat lantai ini sangat presisi saat dipasang di masjidil haram.
Jenis dan ketebalan marmer inilah yang membuat lantai di masjidil haram tetap dingin walaupun cuaca di Mekkah begitu panas, sampai mencapai 50 derajat celcius sekalipun.
Alhasil, kaki jamaah tidak akan merasakan kepanasan saat thawaf di siang bolong, karena memang lantainya akan tetap terasa sejuk di kaki. Luar biasa ya?
Lantai ini juga bisa menyimpan kelembaban di malam hari, sehingga lantai tetap nyaman diinjak saat beribadah di waktu malam.
Kondisi Ka'bah
Kiblat dari semua umat islam untuk shalat, haji, dan umrah adalah Ka'bah. Bangunan yang berada di tengah-tengah Masjidil Haram ini adalah bangunan yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Berbentuk kubus dengan ukuran 12,7 meter x 8,5 meter x 11 meter. Ka'bah dibuat dari batu dengan ruangan yang dapat di masuki di dalamnya. Ka'bah memiliki selimut hitam bernama kiswah.