Mohon tunggu...
Er Agapi
Er Agapi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penggemar filsuf dari Socrates sampai Nietzsche, penggemar sejarah dari Dark Age sampai Soviet, penggemar sains dari Big Bang sampai God Particle, penggemar artist dari Michaelangelo sampai J.M.W. Turner. Saya pun suka Pedro Lopez....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa Dibalas Jiwa, Harta Dibalas Harta - Cerpen

25 Maret 2024   19:49 Diperbarui: 26 Maret 2024   18:37 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanganku menyentuh sebuah kotak kecil seperti peti yang dengan gegas kubawa ke daratan. Namun sayang, itu hanya bongkahan kayu. Lantas aku mencebur kembali, dan kembali, dan kembali. Sampai saat aku duduk di daratan, memandang ke luar bawah jembatan, awan tengah menangis.

Sama seperti lamaran pekerjaanku, yang kudapat hanya lelah. Aku dituduh, aku dicemooh, aku ditipu. Maka biarlah kupejamkan mata, mengharapkan mati. Mungkin mati dalam kesendirian dan keheningan lebih baik dibanding hidup lebih lama lagi.

Tapi rupanya tidak begitu. Begitu sengatan panas menghunusku, aku sontak membuka mata. Kulihat kilap pisau menembus dadaku.

Pisau itu lalu tercabut. Aku menggeliat-geliat dan berguling, menjauhi pria di hadapanku. Tapi pisau itu kembali meraihku, merobek kulitku. Tak tahu berapa kali dia menusuk, tetapi aku kehabisan tenaga. Aku berbaring lunglai.

Dunia seolah meredup. Kabut timbul hampir menutup segalanya. Tapi sebelum itu, kudapati kilap pisau menyinari wajah pria itu. Khawas. Si penipu cengeng itu.

"Jiwa dibalas jiwa," katanya, mendesis tepat di telingaku. "Kecelakaan yang menghabisi ayahku, dibalas ibumu. Harta dibalas harta. Harta ayahku kau renggut, maka biar aku merenggut hartamu."

Khawas meringis, saat napas panjang kutarik dalam-dalam. "Kau harta karunku. Satu ginjal bisa bernilai dua miliar."

Suara terakhir yang kudengar ialah sirene polisi. Dan juga gonggongan anjing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun