Yang menarik, pada medio November 2021 lalu, keduanya juga sempat bertemu di Rumah Eyang Reksodiharjo dalam area Makam Kiai Ageng Gribig, Jatinom, Klaten. Pertemuan itu dilakukan setelah keduanya menghadiri acara tahlil dan tausiah singkat dalam haul Ki Ageng Gribig.
Menilik ke belakang, nama Ganjar Pranowo tampaknya sudah lama  mencuri perhatian Partai Golkar. Ganjar sudah ditimbang-timbang. Partai berlambang pohon beringin ini terbuka menerima Gubernur Jawa Tengah apabila tidak dicalonkan menjadi capres oleh PDIP.
Saat ini, dengan Airlangga sudah lama diputuskan sebagai capres dari Partai Golkar, dan Ganjar masih menjadi anggota PDIP, maka dapat dipastikan keduanya masih terikat dengan partainya masing-masing.
Apabila Ganjar tidak dicalonkan oleh PDIP, yang besar kemungkinan memilih putri mahkota Puan Maharani sebagai capres atau cawapres, maka harus ada partai yang meminang Ganjar untuk dijadikan cawapres untuk Airlangga.
Salah satu partai yang digadang-gadang akan menjadi koalisi bagi Golkar untuk Pilpres 2024 adalah NasDem. Itu karena, hingga sejauh ini, NasDem tidak memiliki capres atau cawapres dari kalangan internal partai.
Koalisi Golkar dengan NasDem bahkan bisa disebut sebagai koalisi yang pas dengan bermacam-macam ideologi. Jika Golkar dan NasDem bersepakat, maka duet Airlangga-Ganjar bisa terealisasi.
Bagaimana tanggapan Anda? Diketahui, sejauh ini baru Golkar yang menawarkan tempat untuk Ganjar, yang pada 2023 akan mengakhiri masa tugasnya sebagai gubernur. Jangan diabaikan, habisnya masa jabatan bisa membuat peta politik Pilpres 2024 berubah.
Selain itu, faktor lain yang bisa mengubah peta politik Pilpres 2024 ialah koalisi lebih awal antarparpol dan penentuan calon lebih awal.
Kita pahami jika publik benar-benar tidak tahu sosok yang memiliki tiket untuk maju di Pilpres 2024 saat ini, meskipun ada tiga parpol yang memiliki potensi mengusung kader sendiri karena hanya membutuhkan tambahan satu parpol yaitu PDIP, Golkar, serta Gerindra.
Ganjar merupakan sosok yang dianggap mewarisi sebagian pemilih Jokowi, golongan yang 'anti kadrun', serta sering menggunakan narasi kebhinekaan dan Pancasila harga mati. Untuk tidak kehilangan panggung setelah lengser pada 2023, Ganjar harus segera menentukan pilihan, apalagi jika tidak ada tanda-tanda bahwa PDIP akan menjadikannya sebagai capres.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H